Selasa, 13 Maret 2012

Renungan Harian ~ 31.03.2012. Hubungan dalam Keluarga (4 - Habis).

4.Sikap seorang Bapa terhadap anaknya.

Bapa-bapa jangan menimbulkan sakit hati dan tawar hati pada anak-anaknya. Tuhan sangat memperhatikan amarah anak bukan amarah bapa-bapa, mengapa? Amarah bapa hanya sementara, karena, setelah lewat perasaan kesal dan logikanya jalan, maka dia sudah kembali mengasihi anak-anaknya. Akan tetapi amarah anak akan membawa anak itu keluar dari rumah atau menjauh dari ayahnya. Ia akan menjauh dari pengaruh bapanya. Kemarahan seorang anak terhadap bapanya sering mendatangkan kutuk bagi dirinya sendiri. Hal inilah yang Tuhan tidak sukai. Jika ada seorang anak marah pada bapanya, maka dia tidak akan lagi menghormati ayahnya itu. Pemberontakan mungkin bisa terjadi. Pemberontakan menyebabkan anak tidak lagi ingin menaati orang tuanya. Banyak anak-anak pemberontak akan melakukan apa yang tidak disukai atau yang dilarang oleh orang tua mereka. Mereka tahu bahwa itu sangat dibenci oleh ayah mereka, justru itu yang ia lakukan, mengapa? Itulah kutuk. Ia ingin memuaskan dirinya dengan mempermalukan orang tuanya. Itulah sebab mengapa Maleakhi menuliskan jika hati bapa tidak balik pada anak-nya dan hati anak tidak balik pada bapanya, maka Aku akan datang membinasakan bumi. Oleh karena itu sepatutnya bapa-bapa menahan dan mengawasi dirinya agar tidak menimbulkan kepahitan kepada anak-anaknya.

Untuk menjaga agar aturan-aturan ini dapat dilaksanakan maka tidak ada yang lebih baik agar setiap keluarga memiliki mezbah ditengah keluarga mereka. Mezbah yang menyebabkan Tuhan hadir di dalam keluarga itu Kehadiran Tuhan yang akan menyebabkan timbulnya keharmonisan. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk setiap kita mendorong agar ditiap-tiap rumah kita ada mezbah yang berasap, artinya ada korban yang sedang di persembahkan. Persembahan berupa pujian, nyanyian maupun ketaatan kepada perintah Tuhan menyebabkan kehadiran Tuhan yang Maha Kudus. Ketaatan adalah persembahan yang menyenangkan Tuhan. Ketaatan artinya mendengar dan melakukan, merupakan persembahan yang melebihi korban sembelihan dan lebih baik dari lemak domba-domba jantan. Mari kita bangunkan mezbah yang diatasnya ada korban yang terbakar.

IMPLEMENTASI :

Kasih Kristus diwujudkan melalui dasar hidup suami istri yang merepresentasikan suasana keluarga sorgawi didalam keluarga kita. Bagaimana kita dapat mewujudkan nilai-nilai kekeluargaan sorga di rumah kita? Berikut 10 langkah praktis yang dapat kita mulai terapkan untuk mewujudkan Kasih Kristus di dalam keluarga kita :

Bersepakatlah untuk mewujudkan suasana keluarga sorgawi terjadi dirumahmu.

Mulailah dengan sikap istri yang tunduk kepada suami, seperti kepada Tuhan.

Posisikanlah dalam hatimu, pikiran dan perbuatanmu bahwa suami adalah kepala bagi istri.

Sesulit apapun untuk mengasihi, suami harus dapat mengasihi istrinya dan menyerahkan dirinya.

Kasih suami harus dinyatakan melalui kehidupan yang senantiasa kudus.

Kasih suami harus direalisasikan dalam mengajarkan kebenaran firman dikeluarganya.

Kasih suami harus ditunjukkan dengan merawat, serta memperhatikan kebutuhan istri dan keluarganya.

Mentaati dan menghormati orang tua, merupakan sikap respon kepada kerinduan Allah.

Ketaatan dan hormat kepada orang tua dapat memberi umur panjang dan kebahagiaan. Rindukanlah hal itu!

Bangunlah pilar kehadiran Tuhan di dalam rumahmu, melalui dasar kasih yang Tuhan kehendaki.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 30.03.2012. Hubungan dalam Keluarga (3).

3. Sikap seorang anak dirumah tangga.

Mereka harus menaati orang tua mereka dalam segala hal, kata segala hal menggambarkan ketaatan total seorang anak kepada orang tua mereka. Ketaatan total, kecuali berbuat dosa. Seorang anak sepatutnya menghormati orang tua mereka, perintah ini PENTING. Menghormati orang tua mengakibatkan kita beroleh panjang umur dan bahagia ditanah yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang menghormati orang tuanya. Solaiman mengatakan anak-anak yang tidak mengindahkan kata-kata orang tuanya akan mengalami hari-hari malang di dalam kehidupannya kelak. Anak-anak yang tidak mendengarkan pengajaran dan nasihat orang tua mereka atau didikan ayah maupun ibunya akan mengalami kerugian dan kesusahan pada masa tuanya atau juga akan mengalami kekurangan dan kemiskinan. Mengapa? Saudara, orang tua, yakni ayah atau ibu merupakan orang-orang yang Tuhan berikan kepada kita untuk tujuan Tuhan. Karena Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya. Engkau dan saya diberikan dua orang tua untuk melahirkan kita dan untuk memasyhurkan nama-Nya. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia : Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

Bersambung.. Hubungan dalam Keluarga (4 - Habis).

Renungan Harian ~ 29.03.2012. Hubungan dalam Keluarga (2).

2.Sikap seorang suami terhadap isterinya.

Suami adalah kepala isteri. Suami digambarkan dengan Kristus. Seorang suami merupakan Kristus bagi isteri mereka, hal itu yang menyebabkan isteri harus tunduk pada suaminya. Sebagaimana Kristus rela menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya dan mati bagi mereka, maka selayaknya suami meniru perlakuan Kristus terhadap jemaat menjadi perlakuan suami terhadap isterinya. Kristus tidak berlaku kasar terhadap jemaat-Nya apalagi sampai meninju atau menempeleng jemaat-Nya, tidak pernah dituliskan itu di Alkitab karena memang Dia tidak akan melakukan yang seperti itu. Apa yang Kristus lakukan terhadap murid-murid-Nya, itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami terhadap isterinya. Kerelaan Kristus berkorban bagi jemaat merupakan dasar yang kuat untuk para suami rela berkorban bagi isterinya. Suami rela bekerja keras untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Dia bertanggung jawab untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarganya. Seorang suami sepatutnya melindungi isterinya dan memelihara, merawat serta mengasuhnya. Kata mengasuh berbicara tentang dua pekerjaan yang dilakukan sekaligus, yakni mendidik dan menjaga. Seorang suami yang menceritakan kelemahan dan kekurangan isterinya merupakan suami yang tidak sadar kekurangan dan kebodohan dan kegagalannya. Kelemahan dan kekurangan seorang isteri merupakan akibat suami yang tidak mendidik dan merawat isterinya dengan baik. Seorang suami akan gagal untuk mengasihi isterinya jika dia tidak mengandalkan Tuhan di dalam hubungannya dengan isterinya. Hanya Kristus melalui Roh Kudus yang dapat mengajar para suami untuk mengasihi isteri mereka seperti Kristus mengasihi jemaat.

Bersambung.. Hubungan dalam Keluarga (3).

Renungan Harian ~ 28.03.2012. Hubungan dalam Keluarga (1).

Kolose 3:18-21; Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.

Saudara, terjadinya suatu terobosan dalam membangun pilar-pilar kehadiran Tuhan selalu merupakan kolaborasi atau kerjasama antara manusia atau anak-anak Tuhan yang percaya dengan Roh Kudus. Dia senantiasa bekerjasama dengan orang-orang percaya atau keluarga orang-orang percaya. Itulah sebabnya Dia mengurapi Paulus untuk menuliskan hukum-hukum dalam keluarga Kristen atau keluarga orang percaya. Peraturan ini merupakan suatu aturan yang diberlakukan dalam kasih dan Kasih Kristus merupakan dasar dari hukum yang diajarkan oleh Paulus. Di dalam kitab Efesus hal itu dituliskan lebih jelas dan lebih dalam.

Dari ayat-ayat firman Tuhan ini kita melihat ada empat macam sikap yang diatur oleh Paulus, antara lain:

1.Sikap seorang isteri terhadap suaminya.

Suami adalah kepala dari isterinya, oleh karena itu patutlah seorang isteri tunduk dan taat pada suaminya. Seorang isteri digambarkan seperti jemaat bagi Kristus. Jemaat tidak pernah bisa mengajar dan menasihati Kristus. Jemaat yang baik senantiasa taat dan tunduk kepada Kristus, dan tidak usah jemaat takut untuk disesatkan oleh Kristus. Akan tetapi para suami bukanlah Kristus, lalu bagaimana sikap seorang isteri terhadap suami yang menyimpang? Rasul Petrus berkata : “Jika ada di antara para suami yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka”. Jadi ketaatan para isteri kepada Tuhan dicerminkan oleh kesalehan mereka, ketundukan mereka pada suami mereka. Hal itulah yang diperkenan Tuhan sehingga Allah yang bertindak untuk mengubah suami dan mempertobatkan mereka. Bukan para isteri yang membuat suami berubah, akan tetapi Allah yang melihat kesalehan isteri mereka yang mengubahkan para suami, isteri tidak sanggup mengubah suami. Jadi untuk mengubah suami, jangan marah pada mereka atau jangan menasehati mereka, ibu-ibu seharusnya menasehati anak-anaknya saja, jangan suaminya. Suami itu urusan gembala dan Tuhan. Jadi sikap seorang isteri yang baik adalah tunduk yaitu taat dan hormat kepada suaminya. Tidak atau bukan hanya taat, tetapi juga dengan hormat. Tidak boleh taat sambil melecehkan, taat sambil mencibir atau menggerutu, taat tidak hormat bukan tunduk.

Isteri memang terlihat lemah karena fisik mereka, akan tetapi Tuhan menyediakan mereka sebagai penolong bagi suami mereka, oleh karena itu Tuhan sudah menetapkan bahwa isterilah yang akan menolong suaminya artinya isteri itu lebih kuat dari suaminya, sehingga mereka ditetapkan sebagai penolong. Alangkah naifnya seorang yang wajib menolong seseorang di dalam kehidupannya bercerita tentang kelemahan, kekurangan, kegagalan, kejelekan dan kelalaiannya. Apa lagi kalau sampai menghinakan dan merendahkan suaminya, yang sepatutnya harus dia tolong agar naik dan maju. Isteri adalah penolong yang harus tunduk. Tanpa Roh Kudus pastilah seorang isteri akan gagal berfungsi sebagai penolong dan sekaligus harus menghormati dan menaatinya. Hanya dengan pertolongan Kristus melalui Roh Kudus saja seorang isteri bisa tunduk pada suaminya.

Bersambung.. Hubungan dalam Keluarga (2).

Renungan Harian ~ 27.03.2012. Membangun Karakter KRISTUS dalam Keluarga.

Melihat dengan mata fisik jauh lebih mudah daripada melihat dengan mata rohani. Banyak orangtua terkecoh dengan penampilan calon menantu yang perlente, tetapi akhirnya penyesalan tak kunjung berakhir ketika mengetahui kelakuan sang menantu terhadap anaknya.

Dalam kehidupan keluarga, kadang kita hanya mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan masa depan di dunia ini saja. Sebagai orangtua, kita hanya memikirkan studi anak-anak, karier anak-anak, teman hidup mereka kelak, dan sebagainya. Sebagai anak, seringkali kita juga berpikir hal yang sama dengan orangtua kita.

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan di dunia ini sangat fana, seperti uap yang sebentar ada lalu hilang (Yakobus 4:14). Di samping itu, Alkitab juga memberitahukan bahwa ada kehidupan yang kekal setelah kehidupan dunia yang fana ini (1 Yohanes 2:17). Alkitab sangat menekankan kehidupan kekal daripada kehidupan di dunia fana ini. Kehidupan di dunia fana adalah kesempatan/peluang bagi kita untuk mendapatkan kehidupan kekal kelak.

Kekristenan tidak memisahkan keduniawian dan kerohanian. Kerohanian menyangkut ranah hati manusia. Dari sanalah mengalir pikiran, perkataan, keinginan dan perbuatan. Alkitab berkata bahwa apapun yang kita perbuat, perbuatlah itu seperti untuk Tuhan. Jadi ketika kita merancang sebuah masa depan, jangan hanya merancang dengan mata fisik, tetapi marilah kita merancang dengan mata batiniah kita.

Ada banyak keluarga Kristen yang melupakan kesempatan emas ini. Mereka berusaha meraih kesuksesan dalam kehidupan fana dan melupakan kejayaan yang seharusnya diraih dalam kehidupan kekal nanti.

Alangkah indahnya, jika para orangtua mempersiapkan kehidupan anak-anak mereka bukan saja semata demi kesuksesan hidup di dunia fana ini saja, tetapi juga demi kehidupan kekal kelak.

Renungan Harian ~ 26.03.2012. Mezbah Keluarga.

"Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan. Lalu TUHAN memberkati Nuh dan anak-anaknya." [ Kejadian 8:20 dan 9:1 ].

Menurut arti kata-nya, mezbah adalah tempat korban dipersembahkan. Mezbah pertama yang dicatat Alkitab adalah mezbah yang didirikan oleh Nuh. Melalui mezbah inilah Nuh mempersembahkan korban yang merupakan suatu penyembahan kepada Tuhan. Yang menarik untuk kita perhatikan disini adalah mezbah ini
didirikan oleh Nuh, tetapi sebagai respon atas perbuatan Nuh, TUHAN memberkati Nuh dan anak-anaknya. Jadi mezbah yangdidirikan Nuh bukanlah mezbah pribadi tetapi mezbah keluarga.

Apakah artinya mezbah keluarga ? Bagaimana kita saat ini memahami dan menerapkan mezbah keluarga ini ?

Secara sederhana, mezbah keluarga adalah suatu tindakan yang diambil oleh seorang bapa untuk memimpin seluruh anggota keluarga agar menyembah Tuhan bersama-sama. Yang perlu digarisbawahi adalah pengertian menyembah Tuhan bersama-sama. Menyembah Tuhan bersama-sama bukanlah berarti masing-masing anggota keluarga melayani Tuhan secara pribadi, mengadakan saat teduh dan merenungkan firman
sendiri-sendiri. Kalau demikian, ini berarti masing-masing anggota keluarga mendirikan mezbah pribadi.

Mezbah keluarga haruslah didirikan oleh seorang bapa, karena dialah yang harus memimpin seluruh anggota keluarga menyembah dan melayani Tuhan secara bersama-sama. Memang tidak mudah bagi seorang bapa untuk mendirikan mezbah keluarga. Sebelum Nuh mendirikan mezbah keluarga, ia telah lebih dahulu mendapat kasih karunia dimata Tuhan [ Kej. 6:8 ]. Nuhdan seluruh keluarganya juga telah melihat perbuatan Tuhan yang besar dengan menyelamat kan mereka dari air bah. Setelah melalui semua perkara ini, barulah
Nuh dapat mendirikan mezbah keluarga.

Seorang bapa haruslah benar-benar pemimpin rohani bagi keluarganya. Bapa haruslah memiliki dan menanamkan tujuan, misi dan visi yang jelas, agar seluruh anggota keluarga dapat menyembah dan melayani Tuhan bersama-sama sebagai suatu tim. Yang umumnya kita lihat pada keluarga-keluarga Kristen adalah
masing-masing anggota melayani Tuhan secara sendiri-sendiri, atau kalaupun mereka melayani Tuhan ditempat yang sama, kepemimpinan seorang ayah tidak terlihat didalam keluarga itu. Keluarga itu bukan
merupakan suatu tim pelayan. Sebenarnya, keluarga adalah tim pelayan dengan kepemimpinan seorang bapa.
Keluarga seperti ini benar-benar satu, dalam arti hanya memiliki satu mezbah yaitu mezbah keluarga.
Kebanyakan keluarga Kristen memiliki banyak mezbah pribadi, ya.ini memang lebih baik dari pada tidak ada mezbah sama-sekali. Tetapi yang kita bicarakan adalah mezbah keluarga yang didirikan oleh seorang bapa, dimana sebagai responnya Tuhan memberkati dan mempersatukan seluruh anggota keluarga. Semoga
keluarga-keluarga Kristen memiliki hanya satu mezbah yaitu mezbah keluarga.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 25.03.2012. Pengakuan Seorang Bapa.

"Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan !" [ Yosua 24:15 ].

Ketika Yosua telah menjadi tua dan lanjut umur, ia memanggil seluruh orang Israel yakni para tua-tuanya, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya. Dihadapan seluruh Israel, Yosua membuat suatu pengakuan yang sangat penting, yaitu bahwa ia dan seisi rumahnya akan beribadah kepada Tuhan.

Pengakuan Yosua sebagai seorang bapa, memberi dampak bukan saja bagi seisi rumahnya tetapi juga bagi bangsa Israel. Bukan saja seisi rumahnya beribadah kepada Tuhan, tetapi seperti ditegaskan dalam Yosua 24:31 bahwa, "Orang Israel beribadah kepada Tuhan sepanjang zaman Yosua ." Mengapa demikian ? Mengapa Orang Israel beribadah kepada Tuhan hanya sepanjang zaman Yosua ? Kami percaya penyebabnya adalah karena ada kuasa didalam pengakuan seorang bapa. Yosua bukan hanya bapa bagi seisi rumahnya, tetapi juga bapa bagi bangsa Israel.

Mengapa ada kuasa didalam pengakuan seorang bapa ? Kita perlu menyadari sdr/i, kedudukan bapa itu menurut pandangan Tuhan. Dihadapan Tuhan, hanya ada dua bapa atau kepala bagi ras manusia, yang pertama Adam dan yang kedua Kristus Yesus. Didalam surat Roma 5:19 ada tertulis, "Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar" Bukankah sudah jelas disini bahwa Tuhan hanya melihat perbuatan bapa /
kepala ras manusia ? Banyak orang Kristen hanya bisa menerima bahwa karena Adam berbuat dosa maka seluruh manusia menjadi orang berdosa, tetapi tidak bisa menerima bahwa karena Kristus berbuat benar maka seluruh umat manusia menjadi orang benar. Orang Kristen yang sedemikian ini belum memahami
kedudukan bapa / kepala menurut pandangan Tuhan.

Sekarang kita kembali bertanya, mengapa ada kuasa didalam pengakuan seorang bapa ?

Jawabnya , karena Tuhan hanya melihat seorang bapa ? Ketika mulut seorang bapa mengucapkan suatu pengakuan, maka Tuhan memandangnya sebagai pengakuan seisi rumahnya. Walaupun mungkin ada anak-anak didalam rumahnya yang memberontak dan tidak mengikut Tuhan, maka cepat atau lambat, karena kuasa pengakuan itu, anak-anak yang memberontak akan ditaklukkan oleh kuasa Tuhan.

Alkitab menegaskan bahwa keselamatan itu, separuhnya adalah soal mulut mengaku, dan separuhnya lagi soal hati percaya [ Roma 10:9 ]. Memang jika mulut mengaku tapi hati tidak percaya, itu tidak ada artinya. Tetapiyang kita bicarakan adalah pengakuan seorang bapa yang lahir dari hati yang beribadah kepada Tuhan.

Saat ini, keluarga-keluarga Kristen memerlukan pengakuan seorang bapa secara terbuka. Didalam kebanyakan keluarga Kristen, nampaknya seorang ibu lebih rohani dari pada bapa, sehingga kelihatannya lebih pantas pengakuan itu diucapkan seorang ibu.Tetapi bagaimanapun juga Alkitab menegaskan bahwa pengakuan seorang bapa sebagai kepala, akan membawa dampak positif bagi seisi rumahnya.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 24.02.2012. Membesarkan Anak.

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu" [ Amsal 22:6 ].

Yang dimaksud dengan orang muda dalam ayat ini adalah anak kecil. Pada umumnya istilah anak kecil yang dimaksud berumur sekitar 5 tahun. Alkitab mengajarkan supaya anak kecil dididik menurut jalan yang patut baginya. Apabila hal ini dilakukan, maka akan genaplah janji yang indah ini yaitu, pada masa tuanyapun
ia tidak akan menyimpang dari jalan itu. Seorang anak yang dididik dengan benar, akan menjadi setia sampai masa tuanya. Anak ini tidak akan menyimpang kekiri atau kekanan, ia tidak akan murtad, ia tidak akan meninggalkan Tuhan, ia akan setia sampai akhirnya. Betapa indahnya janji firman Tuhan ini, terutama bagi para orang tua. Ada suatu kepastian bahwa anak-anaknya tidak akan menyimpang dari jalan Tuhan.

Tetapi sering kita lihat dari pengalaman, bagaimana seorang anak yang rajin pergi ke sekolah minggu, ketika menjadi remaja hilang entah kemana. Atau seorang pemuda/i yang aktif dalam pelayanan kekristenan, ketika menikah tenggelam dalam rutinitas rumah tangga tanpa tujuan, misi dan visi yang jelas.

Mengapa demikian ?

Alkitab menjelaskan penyebabnya, yaitu karena ia tidak dididik menurut jalan yang patut baginya. Ia tidak setia di jalan yang seharusnya ia lalui, karena memang ia tidak dilatih untuk menempuh jalan itu.

Setiap anak mempunyai suatu jalan yang seharusnya ia lalui, jika ia ingin berhasil sebagai pelayan Tuhan, sebagai suami/isteri, dan sebagai profesional Kristen. Tetapi anak kecil tidaklah mengetahui jalan itu, juga ia belum dipersiapkan untuk melaluinya dengan tekun. Siapa yang bertanggung jawab untuk memberitahukannya, dan melatihnya agar ia dapat melaluinya dengan setia ?

Tentu saja Orang tualah yang bertanggung jawab dalam hal ini, karena kepada orang tuanya anak-anak ini dititipkan Tuhan. Ayat diatas dapat ditulis sedemikian, " Hai orang tua, didiklah anak-anakmu."

Dalam pengalaman kita, sering dijumpai anak-anak dari "pelayan Tuhan" yang nakal dan susah diatur. Anak-anak ini bahkan terluka pada orang tuanya karena merasa kurang diperhatikan. Mereka merasa orang tuanya lebih memperhatikan "pelayanan" dari pada diri mereka.

Memang membesarkan anak, tidak langsung terlihat hasilnya. Banyak orang tua Kristen lebih senang mengerjakan sesuatu yang langsung dapat dilihat hasilnya, entah itu karier atau apa yang disebut pelayanan. Saatnya, orang tua Kristen perlu belajar memahami cara kerja Tuhan dalam penyelamatan dunia ini. Tuhan
mulai dari satu orang bapa yaitu Abraham,dan penyelamatan ini baru akan dirampungkan oleh keturunannya berabad-abad bahkan berzaman-zaman kemudian. Bagaimana seandainya anak Abraham, nakal-nakal
dan susah diatur ? Bagaimana jika seandainya Ishak dan Yakub tidak setia di jalan yang harus ditempuhnya ? Semoga perintah dalam Amsal 22:6 ini ditaati oleh para orang*tua Kristen, dan semoga genaplah janji Tuhan dengan bangkitnya anak-anak yang setia menempuh jalan yang harus dilaluinya.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan harian ~ 23.03.2012. Peran Orang Tua.

"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka didalam ajaran dan nasihat Tuhan" [ Efesus 6:4 ].

Didalam ayat ini jelas terlihat peran orang tua, khususnya bapa-bapa, yaitu agar mendidik anak-anaknya didalam ajaran dan nasihat Tuhan. Perintah untuk mendidik anak-anak terutama ditujukan kepada bapa-bapa, walaupun tentunya para ibu memberi pertolongan dan dukungannya. Suami dan isteri perlu melihat peran
orang tua ini dengan jelas, sehingga dapat sehati sepikir dalam mendidik anak-anak. Didalam ayat ini jelas terlihat bahwa suami harus mengambil peran sebagai pemimpin dan penentu kebijaksanaan dalam mendidik anak, sedangkan isteri menjalankan peranannya dalam mendidik anak pada jalur-jalur kebijaksanaan yang telah ditetapkan suami.

Salah satu sebab kegagalan dalam mendidik anak adalah karena sang isteri menjalankan kebijaksanaannya sendiri dalam mendidik anak. Jika ketidak-sesuaian dan pemberontakan telah terjadi pada orang tua, maka tidaklah mengherankan apabila anak-anak memberontak.

Ada dua hal disini yang harus diperhatikan oleh bapa-bapa dalam mendidik anak.

Pertama, jangan membangkitkan amarah didalam hati anak-anak.

Kedua, harus mendidik mereka sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan.

Pada umumnya, anak-anak dapat dengan mudah menyimpan kemarahan pada orang tua mereka, khususnya terhadap bapanya. Ini terjadi apabila sang bapa tidak bijaksanadalam menjalankan perubahan dari kepemimpinan otoritatif pada masa anak-anak masih kecil, kepada kepemimpinan partisipatif ketika anak-anak menginjak remaja. Karena kekuatiran dan kekurangan iman, seorang bapa tetap menjalankan
kepemimpinan otoritatif padahalanak-anaknya telah menjadi remaja atau dewasa. Tindakan seperti ini menimbulkan kemarahan pada anak-anak. Selanjutnya, kemarahan dapat timbul pada diri anak, apabila seorang bapa tidak menjadi teladan bagi anaknya. Bapa yang suka memerintahkan anaknya agar rajin belajar, berdoa dan membaca Alkitab, padahal ia tidak menjadi teladan dalam bidang-bidang ini, sangat menimbulkan kekecewaan dan kemarahan pada si-anak.

Perkara selanjutnya yang harus dilakukan seorang bapa adalah mendidik anak-anaknya didalam nasihat dan ajaran Tuhan. Ini berarti seorang bapa haruslah memiliki dan menanam kan tujuan, misi, visi serta nilai-nilai luhur kepada anak-anaknya. Karena anak-anak diberikan Tuhan pada orang tua agar kelak mereka dapat meneruskan pelayanan dan perjuangannya.Sesungguhnya, anak-anak adalah karunia Tuhan bagi orang tua sehingga orang tua dapat memperpanjang hari-harinya di muka bumi ini. Para orang tua dapat mencapai banyak hal bagi kemuliaan Tuhan, melalui anak-anak mereka. Itulah sebabnya tugas seorang bapa dengan bantuan seorang ibu tentunya, dalam mendidik anak-anaknya menjadi begitu penting. Tugas ini tidak dapat didelegasikan pada para guru di sekolah atau para pelayan Tuhan di gereja. Mereka semua hanyalah bersifat membantu, tetapi seorang bapalah yang memikultanggung jawab ini.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 22.03.2012. Peran Seorang Anak - Like Father, Like Son.

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak" [ Yohanes 5:19 ].

Peristiwa penyembuhan pada hari Sabat di kolam Betesda, menjadi latar belakang perkataan Yesus pada ayat diatas. Orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, bukan saja karena Ia melakukan penyembuhan itu pada hari Sabat, namun karena Ia mengatakan bahwa TUHAN adalah BapaNya, dengan demikian menyamakan diriNya dengan TUHAN. Sebagai penjelasan atas keberatan orang Yahudi, Yesus mengungkapkan bagaimana hubungan Anak dengan Bapanya itu. Dengan tegas dikatakan bahwa apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Disini Yesus mengungkapkan ketaatan mutlak seorang Anak, dan sekaligus Ia menjelaskan bagaimana peran seorang anak itu seharusnya.

Secara sederhana, peran seorang anak seharusnya adalah mencontoh. Seorang anak harus dapat belajar, mencontoh dan mengikuti apa yang dikerjakan bapanya. Didalam dunia jasmani, sering kita temui kasus-kasus dimana profesi anak tepat sama dengan bapanya. Bila bapanya seniman, anaknya juga demikian; bila bapanya bertekun dalam dunia pendidikan, anaknya juga demikian; bahkan bila bapanya presiden, anaknya juga menjadi presiden. Ini sesuatu yang wajar, dan memang seharusnya demikian, karena anak adalah "perluasan diri" seorang bapa.

Tetapi yang saat ini kita bicarakan adalah sesuatu yang bersifat rohani. Maksudnya, seorang anak seharusnya mencontoh bapanya dalam perkara-perkara rohani. Seorang anak harus belajar memahami apa yang menjadi tujuan, misi dan visi bapanya. Seorang anak bukan saja mengikuti apa yang dikerjakan bapanya,
tetapi juga harus meneruskan perjuangan dan pelayanan bapanya.

Tetapi disinilah persoalannya bagi kebanyakan keluarga-keluarga Kristen. Banyak bapa-bapa Kristen yang tidak menjadi bapa rohani bagi anaknya. Bahkan banyak juga kita temui kasus-kasus dimana seorang anak terluka / dilukai oleh bapanya ( yang telah aktif didalam kekristenan ). Sangat sulit bagi seorang anak untuk
mencontoh atau menjadi seperti bapanya, apabila ia terluka. Bahkan mungkin ia memutuskan untuk tidak menjadi seperti bapanya. Sangat disayangkan apabila ini terjadi, karena seorang anak harus memulai
perjuangan dan pelayanannya dari nol lagi. Kita tahu bahwa penyelamatan dunia ini adalah merupakan perju`ngan dan pelayanan yang berkesinambungan, dimana pekerjaan penyelamatan ini dimulai dari seorang bapa yaitu Abraham. Pekerjaan penyelamatan dunia ini tidak dimulai pada saat Yesus memulai pelayananNya. Tetapi Tuhan telah bekerja ribuan tahun sebelumnya, dan dimulai pada diri Abraham.

Jadi, seorang anak haruslah mencontoh bapanya, dan haruslah ia meneruskan perjuangan serta pelayanan bapanya. Itulah yang menjadi peran seorang anak. Juga kita perlu berdoa agar para bapa Kristen dapat menjadi bapa rohani bagi anaknya.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 21.03.2012. Peran Seorang Suami.

"Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan DiriNya baginya" [ Efesus 5:25 ]

"Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah ! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang" [ 1 Petrus 3:7 ].

Perintah agar suami mengasihi isteri, dikaitkan dengan perihal Kristus mengasihi Jemaat. Ini berarti suami harus mengasihi isterinya dengan kasih yang dimiliki Kristus. Tuhan mengetahui bahwa di dalam dirinya sendiri, suami tidak memiliki jenis kasih yang mana sanggup untuk mengasihi dan menyerahkan dirinya
bagi isterinya sebagaimana Kristus. Mungkin waktu masih berpacaran dulu, sang pemuda merasa ia akan sanggup mengasihi gadis yang akan menjadi isterinya kelak, sampai mereka mencapai usia lanjut, bahkan sampai mati. Tetapi harus diakui, walaupun sang pemuda telah menjadi Kristen dan mengalami lahir baru,
namun jenis kasih yang dimilikinya kepada sang kekasih adalah jenis kasih manusiawi. Kasih manusiawi ini, tidak akan tahan menghadapi rintangan dan masalah-masalah didalam pernikahan. Telah terbukti di dunia ini, bahwa banyak orang menikah "atas dasar cinta" namun berakhir dengan perceraian. Itulah sebabnya, datang perintah agarsuami mengasihi isterinya, bukan dengan kasih manusiawi, namun dengan kasih yang dimiliki Kristus kepada Jemaat.

Karena itu, apabila seorang suami rindu mentaati perintah Tuhan untuk mengasihi isterinya, maka ia harus bertumbuh sedemikian sehingga kasih Kristus didalam dirinya semakin bertambah. Pertumbuhan dalam kasih Kristus ini, tidak boleh kita samakan denganpertumbuhan dalam iman, pengharapan atau pertumbuhan dalam urapan. Seorang suami mungkin bertumbuh dalam iman , pengharapan dan urapan, sehingga ia semakin dipakai Tuhan dan menjadi semakin terkenal didalam pelayanan. Tetapi seringkali konflik yang kita alami didalam rumah tangga kita, membuktikan bahwa kita belum cukup bertumbuh dalam kasih Kristus sebagaimana mestinya. Bagaimana agar pertumbuhan kita sebagai suami, adalah pertumbuhan didalam kasih Kristus ?

Pertama, karena perintah agar mengasihi isteri ini, disertai janji bagi sang suami, yaitu doanya tidak terhalang, maka seorang suami yang ingin bertumbuh dalam kasih Kristus haruslah seorang yang sangat memperhatikan kehidupan doanya. Seorang suami perlu belajar bagaimana menjaga hubungan dengan isterinya sedemikian sehingga doanya tidak terhalang. Seorang suami haruslah bertumbuh menjadi pahlawan doa, jika ia ingin bertumbuh dalam mengasihi isterinya dengan kasih Kristus. Pahlawan doa disini bukan hanya berarti banyak berdoa, tetapi doanya banyak yang dijawab Tuhan serta berdampak besar bagi pekerjaanNya di muka bumi ini. Seandainya kehidupan doa sang suami dapat diukur, maka kasih sang suami terhadap isterinya juga dapat diukur, karena kehidupan doa suami dan kasihnya kepada isteri adalah dua hal yang mempunyai hubungan langsung.

Kedua, agar seorang suami bertumbuh dalam kasih Kristus, maka ia harus tinggal bersama isterinya. Terjemahan literal dari hiduplah bijaksana dengan isterimu, adalah tinggal bersama ( dwelling with ). Ini berarti, kebersamaan antara suami dan isteri harus bertumbuh baik di dalam kualitas maupun kuantitas. Komunikasi, kontak fisik, keterbukaan sudah termasuk didalamnya.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 20.03.2012. Peran Seorang Istri.

"Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya" [ 1 Petrus 3:1 ].

Setelah keluarga pertama jatuh dalam dosa, TUHAN memberi pengaturan mengenai hubungan suami-isteri sebagai berikut, ".ia ( suami ) akan berkuasa atasmu ( isteri )"

[ Kejadian 3:16 ]. Terjemahan Young's Literal menyatakan, ".he doth rule over thee",

maksudnya suami akan memerintah isterinya. Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana hubungan suami-isteri sebelum kejatuhan. Apakah Adam ditetapkan dari semula untuk memerintah Hawa ? Atau, perihal memerintah ini terjadi karena adanya kejatuhan manusia kedalam dosa ?

Kalau kita perhatikan hubungan Adam dan Hawa di Taman Eden, dapat disimpulkan bahwa hubungan mereka bukanlah yang satu memerintah yang lainnya. Jenis hubungan mereka adalah seperti apa yang kami istilahkan, yaitu jenis "hubungan saling". Hubungan saling adalah suatu hubungan suami-isteri, dimana diantara
mereka terdapat saling melengkapi, saling mengasihi, saling menundukkan diri, saling menasihati dst. Hubungan sedemikian ini dimungkinkan karena adanya kesehatian dan kesatuan sejati diantara keduanya.

Tetapi setelah kejatuhan, terjadi kerusakan hubungan antara manusia dengan TUHAN, dan antara manusia dengan sesamanya. Dalam kondisi seperti inilah, datang perintah TUHAN agar para isteri tunduk kepada suaminya. Tetapi kami percaya bahwa apabila segala kerusakan akibat dosa telah dipulihkan sepenuhnya,
maka "hubungan saling" diantara suami-isteri akan dikembalikan. Suami dan isteri akan saling melengkapi, saling menasihati dan saling menundukkan diri. Dan kami percaya juga bahwa "hubungan saling" yang
terjadi di antara suami-isteri ini, dapat terjadi didalam keluarga-keluarga Kristen yang telah dewasa dan matang. Tetapi, bagaimanapun juga, diawal pernikahan kristen, seorang isteri haruslah tunduk pada suaminya.

Ini bukan berarti bahwa suatu pernikahan yang telah matang dan dewasa, tidak menggenapi lagi firman Tuhan dalam 1 Petrus 3:1, melainkan mereka menggenapinya didalam dimensi iman yang berbeda.

Didalam 1 Petrus 3:1, terdapat janji Tuhan yang indah bagi seorang isteri yang tunduk pada suaminya, yaitu tanpa perkataan, tindakan penundukkan diri seorang isteri, dapat memenangkan seorang suami yang tidak taat pada Firman. Artinya, seorang suami yang tidak taat Firman, akan bertobat dan mentaati Firman, tanpa
dikhotbahi oleh isterinya.

Tetapi yang sering terjadi, kita lihat, adalah seorang isteri yang telah aktif puluhan tahun dalam kekristenan, namun sang suami tetap tidak mengikut Tuhan dan tidak taat Firman. Mengapa demikian ?Mungkin salah satu sebabnya adalah isteri tidak tunduk pada suaminya, dan hanya "tunduk" pada program-program serta aktifitas kekristenan. Kalau memang benar demikian, betapa ruginya bagi sorang isteri, karena ia kehilangan janji Tuhan untuk menyelamatkan suaminya.Mungkin sang isteri berpikir ia mendahulukan kdrajaan sorga dengan mengikuti segala aktifitas kekristenan, dimana tanpa sadar ia telah mengabaikan suaminya.

Apabila sang suami menghendaki isterinya untuk tinggal dirumah menemaninya serta mengurus anak-anak, barangkali lebih baik sang isteri meninggalkan segala program-programnya diluar rumah, dan mengambil tindakan penundukkan diri, melayani suami dananak-anaknya. Tindakan sedemikian ini akan mengundang kuasa Allah bekerja dan menjamah sang suami, sehingga tanpa perkataan ia akan bertobat dan menuruti
Firman.

Semoga para isteri, khususnya yang aktif dalam program-program kekristenan namun suaminya belum mentaati Firman, memutuskan dan mengambil prioritas dengan benar sehingga tidak kehilangan janji Tuhan dalam 1 Petrus 3:1. Amin.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 19.03.2012. Tuhan sebagai BAPA.

" Terpujilah TUHAN dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga" [ Efesus 1:3 ].

Banyak orang menyatakan bahwa TUHAN adalah Tritunggal, dalam arti tiga pribadi namun satu. Sekalipun kata Tritunggal tidak ada didalam Alkitab, tetapi pemahaman sedemikian sepertinya ada. Tetapi kami lebih senang menjelaskan Allah "Tritunggal", menjadi ALLAH ADALAH KELUARGA. Keluarga sejati adalah satu, sekalipun ada bapa, ibu dan anak-anak. Tuhan adalah keluarga sejati, oleh sebab itu Tuhan adalah satu. Sekalipun Tuhan termanifestasi didalam Bapa, Roh dan Anak, namun sesungguhnya Tuhan adalah satu pribadi.

Didalam Efesus 1, Tuhan sebagai Bapa terlihat berfungsi sebagai pemberi segala berkat rohani didalam sorga ( ayat 3 ), melakukan pemilihan atas kita sebelum dunia dijadikan ( ayat 4 ), menentukan kita untuk menjadi anak-anakNya ( ayat 5 ), melimpahkan kekayaan kasih karuniaNya dalam hal pengampunan dosa
kepada kita ( ayat 7-8 ), memiliki rahasia kehendakNya ( the secret of His will ) atau rencana ( ayat 9 ).

Sekalipun semuanya ini dijalankan didalam AnakNya serta melalui kuasa RohNya, tetapi kita lihat disini bahwa Bapa merupakan sumber segala sesuatu, Dia yang mempunyai rencana dan Penyebab utama segala sesuatu.

Bapa-lah yang menciptakan segala sesuatu melalui AnakNya. Perlu kita pahami dengan baik bahwa menciptakan bukanlah berarti mengadakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Terjemahan harafiah dari Ibrani 11:3, adalah sesuatu yang terlihat berasal dari sesuatu yang tidak terlihat, artinya dunia jasmani (
terlihat ) berasal dari Tuhan ( tidak terlihat ).Maksudnya, ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, Ia menggunakan DiriNya sendiri sebagai "bahan dasarnya".Menciptakan bukanlah seperti seseorang yang membuat meja dari kayu sebagai bahan dasarnya. Ketika Bapa menciptakan segala sesuatu, Ia menggunakan DiriNya sendiri sebagai bahan dasarnya. Itu sebabnya kami lebih senang menggunakan istilah "memperluas diri ", dari pada istilah "menciptakan'. Jadi Bapa "memperluas DiriNya" didalam dan melalui ciptaanNya.

Demikianlah Tuhan sebagai Bapa, telah memperluas DiriNya. Ia adalah sumber segala sesuatu, penyebab segala sesuatu, dan yang memiliki rencana. Dialah yang menyebabkan adanya keluarga jasmani di muka bumi ini, untuk mengekspresikan keluarga sejati yang di sorga.

Kalau Bapa yang di sorga memiliki peran dan fungsi sedemikian, bukankah Ia juga menghendaki bapa di muka bumi ini juga memiliki peran dan fungsi yang kurang lebih sama dengan DiriNya. Dengan segala keterbatasan yang ada, diharapkan, bapa jasmani yang dimuka bumi ini dapat "memperluas dirinya" melalui dan didalam anak-anaknya. Bapa jasmani perlu menanamkan tujuan, misi, dan visinya kepada anak-anaknya, agar perjuangandan pelayanannya dapat diteruskan turun-temurun. Diharapkan bapa jasmani dapat menjadi "sumber" segala sesuatu bagi keluarganya, yaitu "sumber" urapan, pewahyuan, penghiburan, berkat jasmani dst. Diharapkan, bapa mempunyai rencana bagi keluarganya.

Tentu semua ini dilakukannya dengan bantuan seorang penolong yaitu seorang istri. Apabila terjadi sesuatu kepada keluarganya, maka wajarlah apabila bapa dimintai pertanggung-jawaban. Istri dan anak-anak tentu mempunyai kesalahan, tetapi yang bertanggung jawab adalah seorang bapa.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 18.03.2012. Mendidik Anak adalah Fungsi Bapak.

"Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya Tuhan memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNya kepadanya" [ Kejadian 18:19 ].

Latar belakang ayat ini adalah suatu kejadian dimana Tuhan memiliki rencana hendak memusnahkan Sodom dan Gomorah disebabkan dosa-dosa yang terjadi dikedua kota tersebut. Tetapi Tuhan berpikir apakah Ia akan menyembunyikan rencanaNya kepada Abraham, atau tidak.

Mengapa Tuhan berpikir demikian, adalah karena Ia telah memilih Abraham agar ia menjadi bangsa yang besar dan melalui dia, seluruh kaum di muka bumi mendapat berkat. Demikianlah kejadian yang menjadi latar-belakang ayat diatas.

Ayat diatas [ Kejadian 18:19] mengungkapkan bagaimana tindakan Abraham sebagai orang yang dipilih Tuhan, terhadap anak-anaknya serta keturunannya. Dengan tegas Abraham memerintahkan anak-anaknya serta keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Tindakan Abraham ini sama seperti tindakan Yosua ketika ia berkata pada orang Israel bahwa, ".aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan !" [ Yosua 24:15 ].

Didalam salah satu terjemahan harafiah dari ayat diatas, tertulis demikian, "for I have known him, that he commandeth his children." Dari terjemahan harafiah ini ( yang lebih tepat ), kita dapat menarik kesimpulan ( dari sisi manusia ) bahwa salah satu alasan mengapa Tuhan memilih Abraham, adalah karena Ia telah mengetahui bahwa Abraham akan memerintahkan anak-anaknya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Kalau memang benar demikian, betapa pentingnya bagi seorang bapa untuk memerintahkan anak-anaknya agar mengikuti jalan yang ditunjukkan Tuhan. Didalam suatu keluarga, bapa mempunyai tanggung jawab menjalankan otoritas yang diberikan Tuhan padanya, yaitu dalam hal memerintahkan anak-anaknya agar mengikut Tuhan. Disini kita lihat fungsi bapa didalam keluarga sebagai seorang pendidik, tentunya dengan pertolongan seorang istri.

Tetapi kita harus jelas melihat bahwa tanggung jawab mendidik ( memerintahkan ) anak-anak, terletak dipundak seorang bapa. Tentu saja istri sebagai seorang penolong, akan membantu, demikian juga guru-guru disekolah, serta pelayan-pelayan Tuhan didalam gereja ikut serta mendidik anak-anak. Tetapi tanggung jawab itu ada pada sang bapa. Apabila anak-anak memberontak dan tidak menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, maka pertanggung-jawaban terakhir harus didapat dari seorang bapa.

Apabila fungsi bapa sebagai pendidik dijalankan dengan baik, maka ada tindakan Tuhan yang indah ( sesuai ayat diatas ), yaitu Tuhan akan menepati janjiNya kepada seorang bapa. Tentu saja janji Tuhan semuanya baik dan indah. Amin.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 17.03.2012. Keterbukaan Suami - Istri.

"Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu" [ Kejadian 2:25 ].

Alkitab menceritakan bahwa manusia dan istrinya itu dalam kondisi telanjang. Ketelanjangan didalam Alkitab selalu menunjukkan sesuatu yang memalukan dan suatu kondisi seseorang yang menyedihkan. Namun kita lihat disini bahwa manusia dan istrinya itu tidak merasamalu dengan kondisi mereka.

Mengapa ketelanjangan manusia dan istrinya itu tidak menimbulkan rasa malu diantara keduanya ?

Hal ini disebabkan mereka "diselimuti" oleh kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah telah membuat mereka saling
memandang dengan "mata" yang berbeda dan mereka tidak tahu bahwa mereka telanjang. Mereka dapat menerima keadaan diri mereka sendiri dan juga keadaan pasangan mereka.

Ketelanjangan mereka malah merupakan sesuatu hal yang positif dimana ini berarti diantara mereka ada keterbukaan dan kesatuan, yang memang mutlak diperlukan dalam hubungan suami-istri.

Tetapi setelah dosa masuk, maka manusia kehilangan kemuliaan TUHAN [ Roma 3:23 ]. Hilangnya kemuliaan TUHAN ini membuat manusia memiliki mata jasmani yangmemandang ketelanjangan sebagai sesuatu yang memalukan, dan ketelanjangan memang merupakan sesuatu yang memalukan. Manusia telah sadar dan tahu bahwa dirinya telanjang. Selama manusia diselimuti kemuliaan TUHAN, ia tidak tahu
bahwa dirinya telanjang. Kemuliaan TUHAN membuat manusia hanya memandang TUHAN dan tidak memandang dirinya sendiri.

Sekarang, bagaimana hubungan suami-istri ini setelah mereka melihat ketelanjangan mereka ? Alkitab menyatakan bahwa, ".mereka menyemat daun pohon ara danmembuat cawat". Manusia dan istrinya itu sekarang sibuk menutupi rasa malu yang diakibatkan kondisi mereka. Tidak ada lagi keterbukaan dan kesatuan diantara mereka. Tidak ada lagi saling menerima keadaan masing-masing. Tidak ada lagi keterbukaan diantara mereka. Masing-masing telah menjadi egois dan memikirkan diri mereka sendiri. Dosa dan hilangnya kemuliaan TUHAN telah membuat hubungan suami-istri rusak berat.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari ayat diatas ?

Pertama, "ketelanjangan yang diselimuti kemuliaan TUHAN" merupakan suatu hal yang mutlak didalam hubungan suami-istri. Adanya keterbukaan total dan saling menerima diantara suami istri, merupakan syarat mutlak menuju kesatuan yang direncanakan Tuhan. Suami dan istri tidak memiliki "simpanan" apapun yang tidak diketahui pasangannya.

Kedua, dosa dan hilangnya kemuliaan Tuhan perlu diselesaikan dengan tuntas diantara suami-istri. Perlu adanya saling mengaku dosa dan saling mengampuni diantara suami-istri. Suami-istri harus belajar bagaimana membiarkan TUHAN bekerja menempa kemuliaanNya sedikit demi sedikit didalam kehidupan mereka.

Suami-istri perlu belajar memandang TUHAN saja didalam kehidupan rumah tangga mereka. Melalui
ketekunan suami-istri, maka keterbukaan hubungan itu akan tercapai. Amin.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 16.03.2012. Peran Suami Dalam Pernikahan dan Proses Penyatuan.

"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" [ Kej. 2:24 ].

Ayat diatas mengungkapkan apa yang disebut hukum universal pernikahan. Ada dua poin didalam hukum universal ini.

Pertama, tanggung jawab suatu pernikahan ada diatas pundak laki-laki. Mengapa ?
Karena tertulis. "seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya", ini berarti inisiatif dan tindakan untuk menikah dijalankan oleh seorang laki-laki. Ini juga berarti bahwa segala hal yang terjadi didalam suatu pernikahan merupakan tanggung jawab laki-laki. Itulah sebabnya mengapa laki-laki [ suami ] disebut kepala rumah tangga. Kepala rumah tangga tentu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi didalam rumah tangganya.Kesalahan-kesalahan bisa saja dilakukan oleh seorang istri atau anak-anak didalam keluarga, tetapi tanggung jawab tetap berada dipundak suami sebagai kepala. Itu sebabnya Allah memanggil manusia ( Adam ) dan bukan Hawa, ketika keluarga pertama dimuka bumi ini jatuh dalam dosa [ Kejadian 3:9 ].

Kedua, tanggung jawab untuk memelihara dan mengusahakan kesatuan ada di pundak laki-laki. Hal ini ditegaskan oleh ayat diatas, ".dan bersatu dengan istrinya". Disini juga terlihat bahwa pernikahan adalah merupakan suatu proses penyatuan antara suami dengan istrinya, tetapi tanggung jawabnya berada dipundak sang suami.

Bagaimana seorang suami dapat bersatu dengan istrinya ? Sesuai ayat diatas yaitu, ".meninggalkan ayahnya dan ibunya". Artinya, sejak seorang laki-laki menikah, maka ia telah meninggalkan unit keluarga yang dibangun bapanya karena ia telah membangun suatu unit keluarga yang baru. Ia telah menjadi kepala dari
suatu unit keluarga yang baru. Ia tidak lagi berada dibawah ke-kepala-an bapanya. Ini tidak berarti ia tidak perlu lagi mendengarkan nasihat bapanya,tetapi sekarang ia telah menjadi seorang kepala rumah tangga yang "independent" dimana ia harus menentukan sendiri keputusan-keputusan bagi keluarganya. Meninggalkan ayahnya, juga berarti ia harus mengutamakan kesatuan dengan istrinya, diatas segala hal yang berkaitan dengan ayahnya. Bukan berarti ia tidak menghormati ayahnya lagi, tetapi ia harus terfokus pada usaha bagaimana ia dapat bersatu dengan istrinya.

Selanjutnya, seorang laki-laki juga harus meninggalkan ibunya, agar ia dapat bersatu dengan istrinya. Hal ini berarti bahwa perempuan nomor satu bagi seorang laki-laki adalah istrinya, dan bukan ibunya. Bagi seorang laki-laki yang tidak terlalu dekat dengan ibunya, mungkin hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi bagi seorang "anak mami", ini merupakan masalah besar.Proses penyatuan seorang laki-laki dengan istrinya terhambat karena adanya "orang ketiga",yaitu ibunya sendiri. Apalagi jika ibunya adalah seorang yang suka mencampuri dan mengatur rumah tangga anaknya, maka kesatuan suami-istri tidak mungkin tercapai. Jadi, seorang laki-laki harus mengambil keputusan tegas untuk me-nomor satu-kan istrinya demi proses penyatuan, dan tidak me-nomor satu-kan ibunya.

Apabila kata "meninggalkan" ini kita perluas artinya, maka seorang laki-laki harus meninggalkan segala sesuatu, yang menghambat proses penyatuan denganistrinya. Artinya ia harus mengutamakan penyatuan dengan istrinya, daripada apa yang disebut pelayanan, pekerjaan, hobby, dst.

Memang ada harga yang harus dibayar untuk bersatu dengan istri kita. Tetapi suami yang memperoleh hikmat Tuhan, akan mengetahui kehendakNya serta menentukanprioritas dengan benar.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 15.03.2012. Istri, seorang Penolong yang SEPADAN.

".Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." [ Kejadian
2:18].

Janji Firman Tuhan ini tidak hanya diuntukkan bagi Adam saja. Artinya, Tuhan tidak hanya menjadikan seorang penolong bagi Adam, tetapi juga bagi setiap laki-laki yang melayaniNya, sebagaimana Adam melayaniNya. Kecuali bagi laki-laki yang mendapat karunia tidak menikah. Jadi, janji Tuhan ini perlu
direnungkan oleh setiap laki-laki yang melayaniNya, baik ia sudah menikah maupun belum.

Seringkali seorang suami yang melayani Tuhan, memandang dan menganggap istrinya bukan sebagai penolong yang sepadan bagi dirinya. Sering terjadi bahwa seorang suami menganggap istrinya sebagai "penghambat" pelayanannya. Suami yang seperti ini telah kehilangan janji Tuhan yang sangat indah didalam hidupnya. Bukan
karena Tuhan mengingkari janjiNya [dalam ayat diatas ] melainkan karena sang suami tidak meresponi janji Tuhan dengan iman.

Suami yang seperti ini belum memahami respon Adam ketika Tuhan membawa Hawa kepadanya yaitu, "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku". Adam tidak menganggap Hawa sebagai orang asing atau penghambat dalam kehidupan dan pelayanannya. Adam menyadari penuh bahwa Hawa adalah sebagian dari dirinya. Adam merasa dirinya "utuh" atau "lengkap" ketika Tuhan memberikan Hawa kepadanya.

Tentu saja akibat manusia telah jatuh dalam dosa, maka seorang suami tidak dapat langsung memberi respon seperti Adam. Manusia telah kehilangan kemuliaan Tuhan, dan hal ini membuat persekutuan antara suami dan istri mengalami hambatan. Sebab hidup sang suami berpusat pada dirinya sendiri, demikian juga dengan istrinya. Bila dua orang memiliki jenis hidup yang berpusat pada diri sendiri, maka tidaklah mudah bagi
mereka untuk berfellowship, bersehati dan saling berbagi. Tetapi seorang suami yang telah dijamah Tuhan, perlu belajar percaya akan janji Tuhan bahwa, "Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan
dengan dia". Bila seorang ruami dengan tekun dan setia memegang janji Tuhan ini, maka ia akan melihat istrinya semakin hari semakin menjadi penolong yang sepadan dengan dia. Suami yang sedemikian ini akan sangat berbahagia. Tidak ada terlintas sedikitpun pikiran bahwa istrinya adalah seorang penghambat suami,
atau berpikir bahwa ia telah salah memilih teman hidup. Bahkan sekarang, ia dapat berkata seperti Adam, "Inilah dia, tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku".

Jadi, dalam satu pengertian tertentu, semuanya tergantung pada iman sang suami; apakah ia akan mendapat penolong yang sepadan dengannya atau tidak.Tentu saja ada bagian yang harus dilakukan oleh seorang istri agar ia dapat menjadi penolong yang sepadan bagi suaminya, tetapi yang kita bicarakan diatas adalah dari sudut pandang suami. Semoga semua suami yang melayani Tuhan, memperoleh penolong yang sepadan dengannya. Amin.

Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Harian ~ 14.03.2012. Tuhanlah yang MEMBANGUN KELUARGA!

" TUHAN berfirman :' Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." [ Kejadian 2:18 ].

Keluarga-keluarga yang ada dimuka bumi ini, adalah merupakan rancangan TUHAN sendiri. Dialah yang berinisiatif menciptakan keluarga di muka bumi ini. Ketika Tuhan membentuk manusia dari debu tanah serta menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya, dan menempatkannya dalam taman Eden, maka Tuhan
sendirilah yang berfirman, ".tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.".

Ia sendiri yang mengambil " salah satu rusuk " dari manusia itu, dan dari "
rusuk " itu dibangunNyalah seorang perempuan. Pengertian " rusuk " disini
adalah ruang [chamber]. Jadi ketika Tuhan mengambil "ruang" dari manusia
itu, maka manusia itu menjadi "tidak lengkap" lagi tanpa seorang perempuan.

Tanpa seorang perempuan, manusia itu tidak dapat memultiplikasikan dan
memperluas dirinya melalui anak-anak ; karena hanya perempuan [ womb-man =
manusia rahim ] yang dapat memberikan anak-anak kepadanya. Tanpa seorang
perempuan, maka manusia itu kehilangan "sebagian dirinya", yang membuatnya
"tidak utuh". Tetapi semua ini adalah rancangan sang Pencipta.

Demikianlah Tuhan menghadirkan seorang perempuan bagi manusia itu sebagai
penolong yang sepadan dengannya. Maka terciptalah apa yang disebut keluarga.
Kejadian 2 merupakan kisah bagaimana Tuhan sendiri membangun
keluarga pertama di muka bumi ini.

Setelah manusia jatuh dalam dosa, kita lihat ada banyak orang mencoba membangun
keluarga. Namun tidak jarang keluarga-keluarga ini hancur berantakan dan
tercerai-berai setelah sejangka waktu berjalan. Atau, kalaupun tidak bercerai,
kehidupan yang ada di dalamnya sudah tidak seperti keluarga lagi.

Masing-masing anggota keluarga sudah berjalan sendiri-sendiri. Suami, istri dan
anak-anak mempunyai tujuan hidup masing-masing. Walaupun mereka masih hidup
satu rumah, tidak ada lagi kesatuan seperti yang direncanakan TUHAN semula bagi
suatu keluarga.

Ini bukan saja terjadi pada keluarga-keluarga pada umumnya, namun seringkali terjadi juga dalam
keluarga-keluarga yang menyebut dirinya Kristen. Mengapa ? Supaya genaplah firman Tuhan, "Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang membangunnya.". Jika bukan Tuhan yang membangun
keluarga, sia-sialah usaha orang membangunnya, baik itu orang-orang pada
umumnya maupun orang Kristen.

Sahabat, keluarga adalah rancangan dan ciptaan TUHAN sendiri. Tak ada seorangpun
yang dapat membangun keluarga. Marilah kita berserah dan mengizinkan Dia
membangun keluarga kita sendiri. Amin.

Keadaan Keluarga Kristen Saat Ini.

Suatu hari dalam perbincangan sebuah keluarga dosen yang mapan. “Aku tidak mau tahu, penghasilanmu sebagai dosen tidak cukup bagi keluarga kita ini. Rumah kita masih harus dibangun jadi tiga lantai, agar kita bisa buka usaha tempat kost untuk hari tua kita. Pa, aku juga ingin kita beli mobil baru….mobil kita itu sudah terlalu tua…malu aku sama teman-temanku….pokoknya aku engga mau tahu….mulai bulan depan kau harus bisa membawa lebih banyak uang ke rumah…aku juga perlu sosialisasi dengan teman ibu-ibu yang lain…kita mau jalan-jalan dan belanja ke luar negeri…pokoknya awas lho, Pa….kalau kau engga bisa bawa uang lebih…aku engga mau melayanimu…Jangan terlalu idealis jadi orang, keluarga ga makan…gara-gara kamu. Tuhan bisa mengerti kok kalau kita belum bisa memberi untuk pekerjaan Tuhan sebab kita belum jadi konglomerat…nanti Pa..kalau mau bantu gereja atau para misionaris…kalau kita sudah berkelimpahan…sekarang fokus pada keluargamu sendiri.”

Ayat ini langsung melintas dibenak kami sesaat setelah mendengar perbincangan temanku dengan istrinya itu,”Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada TUHAN dan kepada Mamon(harta, penekanan penulis).” (Matius 6:24).

Di tempat sebuah keluarga muda, dimana sang suami punya hati untuk missi tengah berbincang dengan istrinya untuk pindah ke luar pulau dan melayani disana. “Apa…ke pulau kecil itu…amit-amit jabang bayi…engga mau Pi….kamu aza yang tinggal di tengah hutan itu…aku dan anak-anak tetap disini. Aku engga mau jauh-jauh dari Mami-ku pokoknya titik.Pelayanan kok musti ke kampung, kita ini orang kota…yang namanya pelayanan tuh sama aza di kota atau desa…jadi kita di kota aza pokoknya…Tuhan ngerti kok, kita engga siap tinggal di kampung.”

Tiba-tiba kami teringat perkataan Tuhan Yesus,”Jikalau seorang datang kepadaKU dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKU.” (Lukas 14:26).

Ini hanya merupakan dua kasus dimana sebuah keluarga Kristen yang “taat beribadah”, dalam artian aktif melayani pada ibadah gereja dan aktif di dalam beragam program gereja….mereka bukan keluarga yang “malas ke gereja” tetapi “aktivis gereja”. Bagi saya ini sangat mengejutkan….keluarga yang satu sudah mapan tapi merasa selalu “kurang” hingga sulit untuk membantu orang lain…dalam benaknya selalu saja apa yang bisa kudapatkan…bila ditanya mengapa menjadi Kristen?

Jawabannya dengan santai, “Sebab Tuhan Yesus itu baik, IA selalu mendengar dan menjawab doa saya. Apapun yang saya minta IA berikan….tidak ada Tuhan yang seperti Dia…selalu memberi.” Mendengar jawaban itu saya sedih juga, sebab ia mengiring Tuhan karena Tuhan memberi….bila Tuhan tidak memberi apa yang ia kehendaki bagaimana? Bila ada orang membutuhkan sang istri selalu melarang sang suami untuk memberi atau membantu, sebab istrinya selalu berdalih mereka pun masih berkekurangan. Hingga kadang sang suami sembunyi-sembunyi, memberi di luar sepengatahuan sang istri.

Pada keluarga yang lain, sang suami mendapatkan panggilan Tuhan atas hidupnya untuk melayani suku terabaikan tetapi sang istri sangat berat untuk berpisah dengan ibunya, sangat berat untuk meninggalkan pulau Jawa, sangat berat dengan kemapanan kota metropolitan. Meski mereka rajin ke gereja bahkan pelayanan tetapi itu tak mengubah apa pun, sang istri berkeras dan suami tak dapat berbuat apa-apa. Saat saya menanyakan istrinya mengapa ia tak mau pindah ke luar pulau, ia menjawab,”Sama aza Pak, mau pelayanan di sini atau di luar pulau…Tuhan mengerti kok, kalau kita maunya tinggal di sini dan tidak di sana. Tuhan khan Bapa yang baik…jadi Dia engga maksa kita kok.” Sang suami kadang curhat padaku, mengenai panggilan atas hidupnya yang begitu kuat tapi tidak dapat berbuat apa-apa sebab sang istri enggan tinggal di luar pulau Jawa dan berjauhan dengan ibunya.

Melihat hanya dari dua kasus di atas timbul pertanyaan dalam benak kami….di dalam gereja sudah diajarkan apa saja sih? Mengapa “output”nya jemaat Tuhan, sangat “kekanak-kanakan” ?

Bila kita mengakui Yesus Kristus sebagai TUHAN, maka apa pun yang IA sabdakan pada kita…”kita harus mentaatinya”…tanpa kompromi. Yang jadi duduk persoalan adalah Tuhan kita sebenarnya itu Yesus Kristus atau Uang dan Kenyamanan Hidup atau diri kita sendiri sudah jadi tuhan? Kita bisa saja melakukan berbagai aktivitas keagamaan bahkan jadi pendeta sekalipun…tetapi sebenarnya hati kita bukan bagi Yesus Kristus…hati kita dikuasai penuh oleh Mamon dan diri sendiri. Orientasi hidup kita bukan untuk melakukan tujuan TUHAN di muka bumi..tujuan kita hanya bagaimana hidup kaya raya dan “enjoy” selama di bumi dan lalu masuk surga. Sebab itu berita Injil yang disukai kebanyakan orang; “Tuhan Yesus menanggung kutuk kita dikayu salib agar hidup kita diberkati (khusus penekanannya pada kaya dan sehat) alias Prosperity Gospel (Injil Kemakmuran)” dan Tuhan Yesus mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita hingga kita dapat masuk surga…sekali terima DIA pasti selamat meski kita masih hidup dalam dosa sekalipun (mau selamat di dalam Tuhan tetapi juga masih menggemari dosa dalam kehidupan sehari-hari).

Ketika jemaat diajar untuk berbagi harta kekayaan untuk pekerjaan Tuhan, missi , sosial berbagi dengan saudara yang kurang beruntung, membangun kota-nya dstnya. Mereka memegang erat hartanya, mereka takut bahwa mereka tidak bisa menikmati hidup dan untuk berbagi sebab mereka sudah bekerja keras untuk mendapatkannya. Jemaat Tuhan kasihnya menjadi dingin terhadap sesama, falsafah hidupnya “ yang penting gua happy…orang lain susah itu karena mereka males atau lagi sial”….

Ketika mendengar kata penginjilan atau missi, kebanyakan mengatakan itu tugas pendeta dan penginjil…padahal Tuhan menyatakan bahwa semua orang percaya harus menjadi murid Kristus dan menjadi saksi, sebagai terang dan garam dunia sebab Tuhan Yesus ada di dalam kita. Jangankan menjadi saksi, mendukung pelayanan missi dan penginjilan pun tak pernah bahkan berdalih dengan mengatakan ”Kalau Tuhan yang memanggil, pasti Tuhan akan cukupi pelayananmu…” Memang pernyataan ini benar, namun jika ini hanya dijadikan dalih karena tidak peduli dengan pekerjaan Tuhan, itulah yang salah. Ingat, Tuhan melihat motivasi kita.

Rasanya sedih melihat banyak rumahtangga Kristen….yang tidak mengerti rencana Tuhan atas hidup mereka. Tuhan Yesus tidak mati di atas kayu salib agar kita hidup “happy” dan lalu masuk surga. Kita ditebus untuk melakukan tujuan dan missi ilahi selama kita ada di muka bumi. Tidak cukup hanya menjadi orang Kristen cek-list….pergi ke gereja hanya sebagai formalitas seperti seorang anak masuk sekolah mengisi absensi….jangan pernah berpikir bahwa dengan memberi perpuluhan dan persembahan sudah habis tugasmu, dan menyerahkan tanggungjawab pekerjaan Tuhan pada pendeta atau full timer gereja…..atau berpikir sudah cukup dengan berdoa pribadi dan membaca Alkitab setiap hari, kita sudah jadi orang Kristen yang baik, berdoa dan membaca Alkitab itu baik tentunya tapi bila semua hanya jadi formalitas belaka…..semua sia-sia.
Aku melihat dan merenungkan….ini bukan tentang seberapa rajinnya kita aktif dalam program gereja, meskipun itu baik-baik saja. Tetapi semua akan menjadi sia-sia…bila kita tidak sungguh-sungguh menjadi murid Kristus. Yang setiap hari datang ke kaki Tuhan, memikul salib dan bertanya,”Apakah kehendakMu Tuhan untuk hambaMU ini kerjakan pada hari ini?” Keluarga Kristen harus dibangun pada dasar yang teguh yaitu Yesus Kristus sendiri…kita harus membangun hubungan (relation) dengan DIA dan bukan sekedar keagamawian (religion).

TUHAN memanggil kita untuk:

Menjadi terang dan garam.

Matius 5:13 : "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Matius 5:14 : Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Matius 5:15 : Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Matius 5:16 : Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Menjadi Pelaku Firman Tuhan.

Matius 7:24 : "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Matius 7:25 : Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Matius 7:26 : Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

Matius 7:27 : Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Menjadi murid dan memuridkan.

Lukas 9:23 : Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.

Lukas 9:24 : Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.

Matius 28:18 : Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.

Matius 28:19 : Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Matius 28:20 : dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Kejadian 1:27 : Maka TUHAN menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Tuhan diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Kejadian 1:28 : TUHAN memberkati mereka, lalu TUHAN berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:27-28)

Apa yang merupakan impian Tuhan (Wahyu 7:9-17):

Wahyu 7:9 : Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

Wahyu 7:10 : Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi TUHAN kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!"

Wahyu 7:11 : Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah TUHAN,

Wahyu 7:12 : sambil berkata: "Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"

Wahyu 7:13 : Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?"

Wahyu 7:14 : Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.

Wahyu 7:15 : Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta TUHAN dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.

Wahyu 7:16 : Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.

Wahyu 7:17 : Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan TUHAN akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

Keluarga Kristen ada di muka bumi dengan sebuah tugas; menjadi terang dan garam dunia, menjadi pelaku firman Tuhan, menjadi murid Kristus yang setiap hari memikul salib dan memuridkan bangsa-bangsa dan memperluas Kerajaan TUHAN.

Hingga suatu hari kelak, kita dapat berkumpul bersama Tuhan dengan orang-orang dari setiap suku bangsa dan bahasa. Itulah panggilan bagi setiap keluarga Kristen…bukan hanya bagi para rohaniwan.

Ayo keluarga Kristen bangkit berdiri dan keluar dari tempurung rasa nyaman dan aman sebab bila kita tidak siap akan tiba waktunya (Ibrani 12:25-29) :

Ibrani 12:25 : Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman TUHAN di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?

Ibrani 12:26 : Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga."

Ibrani 12:27 : Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan.

Ibrani 12:28 : Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Tuhan menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.

Ibrani 12:29 : Sebab Tuhan kita adalah api yang menghanguskan.

Doa kami : ”Tuhan Yesus, pulihkan kembali fungsi keluarga Kristen di muka bumi ini. Pertama-tama mulailah dari keluarga hambaMu ini, ajar kami…mampukan kami untuk dapat menjadi teladan bagi yang lain. Amien.

Tuhan Yesus memberkati.

Sabtu, 10 Maret 2012

Link YouTube - Profile & Kuasa dalam Pujian - Mendidik Anak

Profil Suara Pemulihan Ministry : http://www.youtube.com/watch?v=wSb5WDLhmnc

Kuasa dalam Pujian - Mendidik Anak : http://www.youtube.com/watch?v=p3J6eM7AM5g

Bacaan Alkitab Setahun - Desember 2012

1 Kisah Rasul 19:23-20:1; 2 Korintus 1-4
2 2 Korintus 5-9
3 2 Korintus 10-13
4 Roma 1-3
5 Roma 4-6
6 Roma 7-8
7 Roma 9-11
8 Roma 12-15
9 Roma 16; Kisah Rasul 20:2-21:16
10 Kisah Rasul 21:17-23:35
11 Kisah Rasul 24-26
12 Kisah Rasul 27-28
13 Efesus 1-3
14 Efesus 4-6
15 Kolose
16 Filipi
17 Filemon; 1 Timotius 1-3
18 1 Timotius 46; Titus
19 2 Timotius
20 1 Petrus
21 Yudas, 2 Petrus
22 Ibrani 1:1-5:10
23 Ibrani 5:11-9:28
24 Ibrani 10-11
25 Ibrani 12-13; 2 Yohanes; 3 Yohanes
26 1 Yohanes
27 Wahyu 1-3
28 Wahyu 4-9
29 Wahyu 10-14
30 Wahyu 15-18
31 Wahyu 19-22

Bacaan Alkitab Setahun - November 2012

1 Matius 22:15-46; Markus 12:13-37; Lukas 20:20-44
2 Matius 23; Markus 12:38-44; Lukas 20:45-21:4
3 Matius 24:1-31; Markus 13:1-27; Lukas 21:5-27
4 Matius 24:32-26:5; 14-16; Markus 13:28-14:2;10-11; Lukas 21:28-22:6
5 Matius 26:17-29; Markus 14:12-25; Lukas 22:7-38; Yohanes 13
6 Yohanes 14-16
7 Yohanes17:1-18:1;Matius 26:30-46; Markus 14:26-42; Lukas 22:39-46
8 Matius 26:47-75; Markus 14:43-72; Lukas 22:47-65; Yohanes 18:2-27
9 Matius 27:1-26; Markus 15:1-15; Lukas 22:66-23:25; Yohanes 18:28-19:16
10 Matius 27:27-56; Markus 15:16-41; Lukas 23:26-49; Yohanes 19:17-30
11 Matius 27:57-28:8; Markus 15:42-16:8; Lukas 23:50-24:12; Yohanes 19:31-20:10
12 Matius 28:9-20; Markus 16:9-20; Lukas24:13-53;Yohanes20:11-21:25
13 Kisah Rasul 1-2
14 Kisah Rasul 3-5
15 Kisah Rasul 6:1-8:1
16 Kisah Rasul 8:2-9:43
17 Kisah Rasul 10-11
18 Kisah Rasul 12-13
19 Kisah Rasul 14-15
20 Galatia 1-3
21 Galatia 4-6
22 Yakobus
23 Kisah Rasul 16:1-18:11
24 1 Tesalonika
25 2 Tesalonika; Kisah Rasul 18:12-19:22
26 1 Korintus 1-4
27 1 Korintus 5-8
28 1 Korintus 9-11
29 1 Korintus 12-14
30 1 Korintus 15-16

Bacaan Alkitab Setahun - Oktober 2012

1 Lukas 1:5-80
2 Matius 1:18-2:23; Lukas 2
3 Matius 3:1-4:11;Markus 1:2-13; Lukas3:1-23;4:1-13;Yohans1:19-34
4 Yohanes 1:35-3:36
5 Yohanes 4; Matius 4:12-17; Markus 1:14-15; Lukas 4:14-30
6 Markus 1:16-45; Matius 4:18-25; 8:2-4; 14-17; Lukas 4:31-5:16
7 Matius 9:1-17; Markus 2:1-22; Lukas 5:17-39
8 Yohanes 5; Matius 12:1-21; Markus 2:23-3:12; Lukas 6:1-11
9 Matius 5; Markus 3:13-19; Lukas 6:12-36
10 Matius 6-7; Lukas 6:37-49
11 Lukas 7;Matius 8:1,5-13;11:2-30
12 Matius12:22-50; Markus 3:20-35; Lukas 8:1-21
13 Markus 4:1-34; Matius 13:1-53
14 Markus 4:35-5:43; Matius 8:18, 23-24; 9:18-34; Lukas 8:22-56
15 Markus 6:1-30; Matius 13:54-58; 9:35-11:1; 14:1-12; Lukas 9:1-10
16 Matius14:13-36;Markus6:31-56; Lukas 9:11-17; Yohanes 6:1-21
17 Yohanes 6:22-7:1; Matius 15:1-20; Markus 7:1-23
18 Matius 15:21-16:20; Markus 7:24-8:30; Lukas 9:18-21
19 Matius 16:21-17:27; Markus 8:31-9:32; Lukas 9:22-45
20 Matius 18; 8:19-22; Markus 9:33-50; Lukas 9:46-62; Yohanes 7:2-10
21 Yohanes 7:11-8:59
22 Lukas 10:1-11:36
23 Lukas 11:37-13:21
24 Yohanes 9-10
25 Lukas 13:22-15:32
26 Lukas 16:1-17:10; Yohanes 11:1-54
27 Lukas 17:11-18:17; Matius 19:1-15; Markus 10:1-16
28 Matius 19:16-20:28; Markus 10:17-45; Lukas 18:18-34
29 Matius 20:29-34; 26:6-13; Markus 10:46-52; 14:3-9; Lukas 18:35-9:28; Yohanes 11:55-12:11
30 Matius 21:1-22; Markus 11:1-26; Lukas 19:29-48; Yohanes 12:12-50
31 Matius 21:23-22:14; Markus 11:27-12:12; Lukas 20:1-19

Bacaan Alkitab Setahun - September 2012

1 Yehezkiel 43-45
2 Yehezkiel 46-48
3 Yehezkiel 29:17-21; Daniel 4; Yeremia 52:31-34; 2 Raja 25:27-30; Mazmur 44
4 Mazmur 74; 79-80; 89
5 Mazmur 85; 102; 106; 123; 137
6 Daniel 7-8; 5
7 Daniel 9; 6
8 2 Tawarikh 36:22-23; Ezra 1:1-4:5
9 Daniel 10-12
10 Ezra 4:6-6:13; Hagai
11 Zakharia 1-6
12 Zakharia 7-8; Ezra 6:14-22; Mazmur 78
13 Mazmur 107; 116; 118
14 Mazmur 125-126; 128-129; 132; 147; 149
15 Zakharia 9-14
16 Ester 1-4
17 Ester 5-10
18 Ezra 7-8
19 Ezra 9-10
20 Nehemia 1-5
21 Nehemia 6-7
22 Nehemia 8-10
23 Nehemia 11-13
24 Maleakhi
25 1 Tawarikh 1-2
26 1 Tawarikh 3-5
27 1 Tawarikh 6
28 1 Tawarikh 7:1-8:27
29 1 Tawarikh 8:28-9:44
30 Yohanes 1:1-18; Markus 1:1; Lukas 1:1-4; 3:23-38; Matius 1:1-17

Bacaan Alkitab Setahun - Agustus 2012

1 Yeremia 10-13
2 Yeremia 14-16
3 Yeremia 17-20
4 2 Raja 22:1-23:28; 2 Tawarikh 34:8-35:19
5 Nahum; 2 Raja 23:29-37; 2 Tawarikh 35:20-36:5; Yeremia 22:10-17
6 Yeremia 26; Habakuk
7 Yeremia 46-47; 2 Raja 24:1-4; 7; Yeremia 25; 35
8 Yeremia 36; 45; 48
9 Yeremia 49:1-33; Daniel 1-2
10 Yeremia 22:18-30; 2 Raja 24:5-20; 2 Tawarikh 36:8-12; Yeremia 37:1-2; 52:1-3; 24; 29
11 Yeremia 27-28; 23
12 Yeremia 50-51
13 Yeremia 49:34-39; 34:1-22; Yehezkiel 1-3
14 Yehezkiel 3-7
15 Yehezkiel 8-11
16 Yehezkiel 12-14
17 Yehezkiel 15-17
18 Yehezkiel 18-20
19 Yehezkiel 21-23
20 2 Raja 25:1; 2 Tawarikh 36:13-16;Yeremia 39:1; 52:4; Yehezkiel 24; Yeremia 21:1-22:9; 32
21 Yeremia 30-31; 33
22 Yehezkiel 25; 29:1-16; 30; 31
23 Yehezkiel 26-28
24 Yeremia 37:3-39:10; 52:5-30; 2 Raja 25:2-21; 2Tawarikh 36:17-21
25 2 Raja 25:22; Yeremia 39:11-40:6; Ratapan 1-3
26 Ratapan 4-5; Obaja
27 Yeremia 40:7-44:30; 2 Raja 25:23-26
28 Yehezkiel 33:21-36:38
29 Yehezkiel 37-39
30 Yehezkiel 32:1-33:20; Daniel 3
31 Yehezkiel 40-42

Bacaan Alkitab Setahun - Juli 2012

1 2 Raja 12-13; 2 Tawarikh 24
2 2 Raja 14; 2 Tawarikh 25; Yunus
3 Hosea 1-7
4 Hosea 8-14
5 2 Raja 15:1-7; 2 Tawarikh 26; Amos 1-4
6 Amos 5-9; 2 Raja 15:8-18
7 Yesaya 1-4
8 2 Raja 15:19-38; 2 Tawarikh 27; Yesaya 5-6
9 Mikha
10 2 Raja 16; 2 Tawarikh 28; Yesaya 7-8
11 Yesaya 9-12
12 Yesaya 13-16
13 Yesaya 17-22
14 Yesaya 23-27
15 Yesaya 28-30
16 Yesaya 31-35
17 2 Raja 18:1-8; 2 Tawarikh 29-31
18 2 Raja 17; 18:9-37; 2 Tawarikh 32:1-19; Yesaya 36
19 2 Raja 19; 2 Tawarikh 32:20-23; Yesaya 37
20 2 Raja 20; 2 Tawarikh 32:24-33; Yesaya 38-39
21 2 Raja 21:1-18; 2 Tawarikh 33:1-20; Yesaya 40
22 Yesaya 41-43
23 Yesaya 44-47
24 Yesaya 48-51
25 Yesaya 52-57
26 Yesaya 58-62
27 Yesaya 63-66
28 2 Raja 21:19-26; 2 Tawarikh 33:21-34:7; Zefanya
29 Yeremia 1-3
30 Yeremia 4-6
31 Yeremia 7-9

Bacaan Alkitab Setahun - Juni 2012

1 1 Raja 9:1-10:13; 2 Tawarikh 7:11-9:12
2 1 Raja 4; 10:14-29; 2 Tawarikh 1:14-17; 9:13-28; Mazmur 72
3 Amsal 1-3
4 Amsal 4-6
5 Amsal 7-9
6 Amsal 10-12
7 Amsal 13-15
8 Amsal 16-18
9 Amsal 19-21
10 Amsal 22-24
11 Amsal 25-27
12 Amsal 28-29
13 Amsal 30-31; Mazmur 127
14 Kidung Agung
15 1 Raja 11:1-40; Pengkhotbah 1-2
16 16 Pengkhotbah 3-7
17 Pengkhotbah 8-12; 1 Raja 11:41-43; 2 Tawarikh 9:29-31
18 1 Raja 12; 2 Tawarikh 10:1-11:17
19 1 Raja 13-14; 2 Tawarikh 11:18-12:16
20 1 Raja 15:1-24; 2 Tawarikh 13-16
21 1 Raja 15:25-16:34; 2 Tawarikh 17; 1 Raja 17
22 1 Raja 18-19
23 1 Raja 20-21
24 1 Raja 22:1-40; 2 Tawarikh 18
25 1 Raja 22:41-53; 2 Raja 1; 2 Tawarikh 19:1-21:3
26 2 Raja 2-4
27 2 Raja 5-7
28 2 Raja 8-9; 2 Tawarikh 21:4-22:9
29 2 Raja 10-11; 2 Tawarikh 22:10-23:21
30 Yoel

Bacaan Alkitab Setahun - Mei 2012

1 2 Samuel 20-21; 23:8-23; 1Tawarikh 20:4-8; 11:10-25
2 2 Samuel 23:24-24:25; 1 Tawarikh 11:26-47; 21
3 1 Tawarikh 22-24
4 Mazmur 30; 1 Tawarikh 25-26
5 1 Tawarikh 27-29
6 Mazmur 5-7; 10; 11; 13; 17
7 Mazmur 23; 26; 28; 31; 35
8 Mazmur 41; 43; 46; 55; 61; 62; 64
9 Mazmur 69-71; 77
10 Mazmur 83; 86; 88; 91; 95
11 Mazmur 108-109; 120-121;140; 143-144
12 Mazmur 1; 14-15; 36-37; 39
13 Mazmur 40; 49-50; 73
14 Mazmur 76; 82; 84; 90; 92; 112; 115
15 Mazmur 8-9; 16; 19; 21; 24; 29
16 Mazmur 33; 65-68
17 Mazmur 75; 93-94; 97-100
18 Mazmur 103-104; 113-114; 117
19 Mazmur 119:1-88
20 Mazmur 119:89-176
21 Mazmur 122; 124; 133-136
22 Mazmur 138-139; 145; 148; 150
23 Mazmur 4; 12; 20; 25; 32; 38
24 Mazmur 42; 53; 58; 81; 101; 111; 130-131; 141; 146
25 Mazmur 2; 22; 27
26 Mazmur 45; 47-48; 87; 110
27 1 Raja 1:1-2:12; 2 Samuel 23:1-7
28 1 Raja 2:13-3:28; 2 Tawarikh 1:1-13
29 1 Raja 5-6; 2 Tawarikh 2-3
30 1 Raja 7; 2 Tawarikh 4
31 1 Raja 8; 2 Tawarikh 5:1-7:10

Bacaan Alkitab Setahun - April 2012

1 Hakim 2-5
2 Hakim 6-8
3 Hakim 9
4 Hakim 10-12
5 Hakim 13-16
6 Hakim 17-19
7 Hakim 20-21
8 Rut
9 1 Samuel 1-3
10 1 Samuel 4-7
11 1 Samuel 8-10
12 1 Samuel 11-13
13 1 Samuel 14-15
14 1 Samuel 16-17
15 1 Samuel 18-19; Mazmur 59
16 1 Samuel 20-21; Mazmur 56, 34
17 1 Samuel 22-23; 1 Tawarikh 12:8-18; Mazmur 52, 54, 63, 142
18 1 Samuel 24; Mazmur 57; 1 Samuel 25
19 1 Samuel 26-29; 1 Tawarikh 12:1-7, 19-22
20 1 Samuel 30-31; 1 Tawarikh 10; 2 Samuel 1
21 2 Samuel 2-4
22 2 Samuel 5:1-6:11; 1 Tawarikh 11:1-9; 12:23-40; 13:1-14:17
23 2 Samuel 22; Mazmur 18
24 1 Tawarikh 15-16; 2 Samuel 6:12-23; Mazmur 96
25 Mazmur 105; 2 Samuel 7; 1 Tawarikh 17
26 2 Samuel 8-10; 1 Tawarikh 18-19; Mazmur 60
27 2 Samuel 11-12; 1 Tawarikh 20:1-3; Mazmur 51
28 2 Samuel 13-14
29 2 Samuel 15-17
30 2 Samuel 18-19; Mazmur 3

Bacaan Alkitab Setahun - Maret 2012

1 Bilangan 7
2 Bilangan 8-10
3 Bilangan 11-13
4 Bilangan 14-15
5 Bilangan 16-18
6 Bilangan 19-21
7 Bilangan 22-24
8 Bilangan 25-26
9 Bilangan 27-29
10 Bilangan 30-31
11 Bilangan 32-33
12 Bilangan 34-36
13 Ulangan 1-2
14 Ulangan 3-4
15 Ulangan 5-7
16 Ulangan 8-10
17 Ulangan 11-13
18 Ulangan 14-17
19 Ulangan 18-21
20 Ulangan 22-25
21 Ulangan 26-28
22 Ulangan 29:1-31:29
23 Ulangan 31:30-34:12
24 Yosua 1-4
25 Yosua 5-8
26 Yosua 9-11
27 Yosua 12-14
28 Yosua 15-17
29 Yosua 18-19
30 Yosua 20-22
31 Yosua 23-24; Hakim 1

Bacaan Alkitab Setahun - Februari 2012

1 Keluaran 1-4
2 Keluaran 5-8
3 Keluaran 9-11
4 Keluaran 12-13
5 Keluaran 14-15
6 Keluaran 16-18
7 Keluaran 19-21
8 Keluaran 22-24
9 Keluaran 25-27
10 Keluaran 28-29
11 Keluaran 30-31
12 Keluaran 32-34
13 Keluaran 35-36
14 Keluaran 37-38
15 Keluaran 39-40
16 Imamat 1:1-5:13
17 Imamat 5:14-7:38
18 Imamat 8-10
19 Imamat 11-12
20 Imamat 13-14
21 Imamat 15-17
22 Imamat 18-20
23 Imamat 21-23
24 Imamat 24-25
25 Imamat 26-27
26 Bilangan 1-2
27 Bilangan 3-4
28 Bilangan 5
29 Bilangan 6

Bacaan Alkitab Setahun - Januari 2012

1 Kejadian 1-3
2 Kejadian 4:1-6:8
3 Kejadian 6:9-9:29
4 Kejadian 10-11
5 Kejadian 12-14
6 Kejadian 15-17
7 Kejadian 18-19
8 Kejadian 20-22
9 Kejadian 23-24
10 Kejadian 25-26
11 Kejadian 27-28
12 Kejadian 29-30
13 Kejadian 31-32
14 Kejadian 33-35
15 Kejadian 36-37
16 Kejadian 38-40
17 Kejadian 41-42
18 Kejadian 43-45
19 Kejadian 46-47
20 Kejadian 48-50
21 Ayub 1-3
22 Ayub 4-7
23 Ayub 8-11
24 Ayub 12-15
25 Ayub 16-19
26 Ayub 20-22
27 Ayub 23-28
28 Ayub 29-31
29 Ayub 32-34
30 Ayub 35-37
31 Ayub 38-42

Kamis, 16 Februari 2012

BERTUMBUH DALAM MASALAH



Mengingat begitu kompleksnya permasalahan keluarga, maka saya akan mengangkat beberapa isu masalah keluarga yang menurut saya sedang dan akan menjadi masalah serius dalam keluarga. Ada beberapa pijakan pemikiran Alkitabiah yang harus disadari ketika berbicara tentang masalah keluarga :

·         Sebelum kejatuhan, manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan dapat mencerminkan gambar Tuhan dengan benar. Itu adalah gambar Tuhan yang asli. Dengan masuknya dosa, manusia menyebrang dari apa yang disebut Anthony A. Hoekema sebagai “garis batas”, yaitu : hidup yang taat kepada Tuhan dan tanpa dosa, serta gambar Tuhan di dalam manusia menjadi rusak sebagai hasilnya. Calvin, Sang Reformator menggambarkan gambar ini sebagai yang cacat, lemah, rusak, tak berdaya, penuh sakit penyakit, dan tak berbentuk.

·         Manusia membutuhkan pemulihan sebagai pembawa gambar Tuhan. Mengapa? Karena kerusakan gambar itu telah mempengaruhi manusia dalam segala bidang hubungan : dalam responnya kepada Tuhan, kepada sesama manusia, dan terhadap lingkungan yang diberikan kepadanya untuk diawasi, termasuk keluarga/rumah tangga. Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa, pengaruh dosa telah merembes ke dalam keluarga. Menarik untuk dicermati hukuman Tuhan kepada Adam dan Hawa (Kej 3:16-19). Hukuman itu sangat berkaitan dengan keluarga : Istri akan menanggung rasa sakit dalam melahirkan (dari kehamilan sampai mengasuh anak), terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) karena suami berkuasa (Ibr. : Mashal) terhadap istri, susahnya mencari nafkah.

·         Pemulihan itu tidak dapat dilakukan manusia. Inisiatif pemulihan hubungan itu berasal dari Tuhan di dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Di dalam diri Yesus Kristus, kita dapat melihat gambar Tuhan di dalam kesempurnaannya. Melalui iman dan komitmen kepada-Nya, kita menjadi ciptaan baru (2Kor 5:17). Dengan demikian, keluarga yang ingin mengembalikan gambar Tuhan ke bentuk aslinya, keluarga itu harus ada di dalam Kristus. Inilah dasar tema di atas.

·         Manusia diciptakan untuk member tanggapan kepada Tuhan. Manusia diciptakan untuk menjadi mitra perjanjian dengan Tuhan. Selain itu, manusia diciptakan untuk memberi tanggapan kepada orang lain sebagai partner (Kej 2:18,20). Namun tujuan ini telah rusak akibat dosa juga, termasuk keluarga. Keluarga tidak mampu lagi menjaga perjanjian dengan Tuhan. Peristiwa Kain dan Habel menjadi contoh untuk itu. 

·         Masalah yang muncul dalam keluarga sangat kompleks (multidimensi). Bisa komunikasi, keuangan, perselingkuhan, iri hati, keegoisan, dsb. Ketika masalah yang satu belum tuntas, muncul masalah yang baru. Apalagi kalau masalah-masalah yang muncul sangat berkaitan satu dengan yang lain. Lebih parahnya lagi, pelaku masalahnya sama (suami-istri-anak-mertua-menantu). Karena itu, sekalipun tahu banyak tentang solusi masalah keluarga, belum tentu dalam praktiknya bisa diterapkan.

·         Keluarga yang sudah diselamatkan dan menjadi keluarga Tuhan sedang dalam proses menuju keserupaan dengan Kristus. Keluarga umat percaya ibarat “keluarga para musafir kehidupan” yang sedang dalam perjalanan antara “kehidupan di sini (dunia)” dan “kehidupan di sana (surga)”. Paulus melukiskannya dengan amat indah : Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. … aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Tuhan dalam Kristus Yesus. (Flp 3:12-14). Konsekuensinya adalah bahwa keluarga yang sudah percaya kepada Kristus tidak otomatis bebas dari persoalan keluarga. Keluarga Kristen perlu berjuang dan bertanggung jawab untuk membawa keluarganya menuju koridor Tuhan.

Dari pijakan pemikiran di atas, harus diakui bahwa permasalahan keluarga amat kompleks. Tidak mungkin dalam waktu yang singkat ini kita dapat mendiskusikan setiap persoalan keluarga serta mencari solusinya. Karena itu, saya hanya akan mengangkat dua isu ini sebagai salah satu contoh masalah keluarga yang sedang “melanda” keluarga Kristen saat ini.

A.    Gaya Pengasuhan Yang Salah

Jack dan Judick Balswick mengutarakan bahwa ada empat gaya pengasuhan orangtua :

·         - Neglectful Parenting.
Gaya pengasuhan yang lemah dalam dukungan maupun pengawasan.
·         - Permissive Parenting.
Gaya pengasuhan yang kuat dalam dukungan, namun lemah dalam pengawasan.
·         - Authoritarian Parenting.
Gaya pengasuhan yang lemah dalam dukungan, namun kuat dalam pengawasan.
·         - Authoritative Parenting.
Gaya pengasuhan yang mengkombinasikan kualitas terbaik dari Permissive dan Authoritarian.

Ciri-Ciri Gaya Pengasuhan "Push Parenting"

Saya akan memberi contoh fenomena yang sedang “menjangkiti” orangtua, yaitu : Push Parenting (masuk dalam Authoritarian Parenting). Elisabeth Guthrie dan Kathy Matthews memberikan beberapa ciri orangtua yang masuk dalam kategori Push Parenting :

·         - Mengatur nyaris setiap menit dari hidup anaknya dengan kursus-kursus di luar jam sekolah.Dari hari Senin-Minggu, anak dipenuhi dengan aktifitas yang membuat anak hampIr tidak punya waktu bermain.
·         - Menuntut prestasi tinggi di sekolah dan di berbagai bidang lain, nyaris dengan segala cara (emosional, psikologis, fisik, dan dana). Hukuman dan omelan akan diterima anak bila prestasi di sekolah tidak di atas rata-rata.
·         - Menekan anak memilih jurusan sekolah/universitas, kursus, atau minat lebih untuk tujuan membuat Biodata/Riwayat Hidup (CV) yang mengesankan daripada untuk memenuhi rasa ingin tahu yang alamiah dan minat pribadi anak.
·    - Terlalu mencampuri persahabatan anak dengan teman-temannya.Bahkan orangtua akan mengintervensi gurunya di sekolah.
·          
Penyebab Gaya Pengasuhan "Push Parenting"

Biasanya penyebab dari gaya pengasuhan Push Parenting adalah :

·         Ketakutan dan kekuatiran yang berlebihan dari orangtua.
Orangtua sangat takut kalau anaknya nanti ketika dewasa tidak bisa berkompetisi dan gagal. Ketidaknyamanan inilah yang mendorong orangtua melakukan apa saja, bahkan menuntut anak mereka secara berlebihan untuk meng-antisipasi kegagalan di depan.

·         Kompensasi dari ketiadaan kesempatan di waktu lalu.
Menurut J. Drost, tidak masuk akal kalau beranggapan bahwa anak harus mencapai sesuatu karena orangtua sendiri tidak berhasil mencapainya di masa lalu. Inilah yang disebut oleh V.G. Beers sebagai : Tujuan Yang Tersembunyi.

·         Anggapan bahwa jumlah “Kesuksesan” itu terbatas.
Hal ini berangkat dari ide keterbatasan di sekolah unggulan, sehingga lahirlah obsesi terhadap Sekolah Unggulan. Kesuksesan disamaartikan dengan bisa diterima di sekolah-sekolah unggulan. Sekarang ini, obsesi untuk masuk sekolah unggulan sudah masuk pada tahap Play Group.

·         Terobsesi dengan Citra Ideal di Media.
Misalnya, acara TV Indonesian Idol, AFI, Mamamia, dsb. menjadi obsesi ba-nyak orangtua Indonesia. Semakin berprestasi seorang anak, seperti bintang-bintang di TV itu, maka anak itu akan semakin baik, dan itulah yang seharusnya menurut kebanyakan orangtua. Sebelum anak berprestasi seperti itu, orangtua sulit untuk merasa puas.

·         Anak adalah “Miniatur Diri” orangtua.
Tidak sedikit orangtua yang kecanduan terhadap keberhasilan anak-anak mereka. Mereka menkmati sekali “kebanggaan” sebagai orangtua ketika anak-anak mereka berprestasi, tenar, dan dipuji oleh banyak orang. Roy Meadow menyebut gejala ini dengan nama : ABPS (Achievement By Proxi Syndrome).

Akibat Gaya Pengasuhan "Push Parenting"

Akibat dari gaya pengasuhan Push Parenting pada anak :

·         Menciptakan anak yang rawan terhadap stress dan depresi.
Ada penyakit psikosomatis, misalnya : sakit perut, sakit kepala, gangguan tidur, dan makan. Menurut A.D. Lester, anak-anak yang mengalami krisis harus segera ditolong. Kalau tidak, aspek penyimpangan krisis yang tidak terselesaikan itu akan terus mengganggu seluruh kehidupannya sampai ia dewasa.


·         Mementingkan prestasi dan mengabaikan kepribadian.
Menurut Norman Wright dan Gary Oliver : Ketika prestasi menjadi titik focus sasaran pengasuhan anak, maka kecenderungan tujuan pembentukan karakter anak akan terabaikan. Banyak orangtua yang terlalu sibuk memacu prestasi anak sampai melupakan tanggung jawab untuk membentuk karakter mereka.

·         Kehilangan kebersamaan yang bermakna dengan keluarga.
Hasil penelitian di University of Michigan, pada tahun 1998 menunjukkan bahwa waktu bebas anak-anak di bawah usia 13 tahun berkurang seba-nyak 16% dalam satu generasi, yaitu dari 63 jam menjadi 51 jam seminggu.

Beberapa Saran Bagi Gaya Pengasuhan "Push Parenting"

Beberapa saran bagi orangtua tentang hal ini :

·         Belajar untuk mendengar dan memahami anak.
Jean Illsley dan Connie Dawson memberikan ide yang brilian : Ketika memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan anak, seringkali para orangtua tidak mau mengajak anak ikut berunding, karena mereka berpikir tindakan itu hanya akan menunjukkan kelemahan mereka sebagai orangtua yang seharusnya berwewenang penuh atas anak. Tetapi sebenarnya justru tidak demikian. Dengan melibatkan anak menunjukkan penghargaan dan kepedulian orangtua pada anak.

·         Terimalah anak dengan “apa adanya”, yaitu menerima anak sebagai karunia yang selama ini didambakan.
Steve & Sharon Biddulph :“Apa adanya” berarti mengakui bahwa anak tidak dapat menjadi sempurna dan bisa segalanya; kadangkala dia bisa berhasil, tetapi kadangkala dia juga bisa gagal.

·         Dunia anak sebagai dunia bermain.
Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa memperhitungkan hasil akhir. Banyak orangtua beranggapan bahwa anak hanya dapat belajar ketika mereka melakukan kegiatan belajar yang serius. Padahal para pakar telah meneliti bahwa bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berharga.

B.     Konsep Diri (KD) Yang Salah

Konsep Diri (KD) adalah gambaran yang diperoleh, dimiliki, dan dikembangkan seseorang mengenai dirinya, misalnya : bentuk fisiknya, prestasinya, keadaan keluarganya, prestigenya.
KD terbentuk dari keluarga, teman, masyarakat, sekolah, gereja, media massa, tempat pekerjaan.

KD sangat berkaitan dengan watak, yaitu : kebiasaan-kebiasaan dalam diri dan kehidupan kita, yang sangat tertanam dan berakar, sebagai hasil belajar dalam lingkungan dimana dibesarkan. Cara belajar itu adalah : Pengamatan, Peniruan dan Identifikasi, di samping mendengar dan menerima apa yang diajarkan oleh orang-orang yang berpengaruh bagi diri kita (Significant Others). Bisa ibu, ayah, nenek, kakak, atau … baby sitter, pembantu rumah tangga (PRT).

Sudah merupakan pandangan umum bahwa 80% dari watak kita merupakan hasil belajar yang kita alami selama 5 tahun pertama (masa balita). Jadi keluarga sangat mempengaruhi watak kita.

Beberapa contoh KD yang keliru :

·      - Terlalu menyanjung bahkan mengangungkan nilai kecantikan bagi anak wanita, atau ketampanan bagi anak pria. Misalnya, anak yang cantik akan disayang lebih daripada anak yang kurang cantik.
·        - Pengagungan materi atau kekayaan.
·        - Kebanggan secara berlebihan atau ketrampilan dalam bidang tertentu.
·        -  Terlalu menyanjung anak yang pintar di sekolah.

Beberapa saran bagi orangtua :

·         Mengajarkan prinsip Alkitab tentang KD yang benar, yaitu : diri kita sebagai pribadi yang unik, manusia berdosa, berharga di mata Allah, pribadi yang butuh kedewasaan, pribadi yang butuh bersosialisasi dengan orang lain, dsb.

·         Menegakkan dan melakukan nilai Kristiani dalam keluarga.Misalnya : Ibadah keluarga yang kontinu, saling menerima di antara anggota keluarga, dsb.

·        Menerima anak sebagaimana adanya. 

Dari pemaparan dua contoh di atas, akhirnya saya masuk dalam suatu kesimpulan bahwa keluarga yang mampu bertumbuh dari masalah yang dihadapi adalah

·         Keluarga yang menjadikan Tuhan sebagai pemandu keluarga.
·         Keluarga yang selalu taat kepada Tuhan dalam pengambilan keputusan.
·         Keluarga yang selalu setia pada tujuan pernikahan dan keluarga Kristen.
·         Keluarga yang selalu mencari dan merayakan kemuliaan Tuhan Tritunggal.