Selasa, 13 Maret 2012

Renungan Harian ~ 28.03.2012. Hubungan dalam Keluarga (1).

Kolose 3:18-21; Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.

Saudara, terjadinya suatu terobosan dalam membangun pilar-pilar kehadiran Tuhan selalu merupakan kolaborasi atau kerjasama antara manusia atau anak-anak Tuhan yang percaya dengan Roh Kudus. Dia senantiasa bekerjasama dengan orang-orang percaya atau keluarga orang-orang percaya. Itulah sebabnya Dia mengurapi Paulus untuk menuliskan hukum-hukum dalam keluarga Kristen atau keluarga orang percaya. Peraturan ini merupakan suatu aturan yang diberlakukan dalam kasih dan Kasih Kristus merupakan dasar dari hukum yang diajarkan oleh Paulus. Di dalam kitab Efesus hal itu dituliskan lebih jelas dan lebih dalam.

Dari ayat-ayat firman Tuhan ini kita melihat ada empat macam sikap yang diatur oleh Paulus, antara lain:

1.Sikap seorang isteri terhadap suaminya.

Suami adalah kepala dari isterinya, oleh karena itu patutlah seorang isteri tunduk dan taat pada suaminya. Seorang isteri digambarkan seperti jemaat bagi Kristus. Jemaat tidak pernah bisa mengajar dan menasihati Kristus. Jemaat yang baik senantiasa taat dan tunduk kepada Kristus, dan tidak usah jemaat takut untuk disesatkan oleh Kristus. Akan tetapi para suami bukanlah Kristus, lalu bagaimana sikap seorang isteri terhadap suami yang menyimpang? Rasul Petrus berkata : “Jika ada di antara para suami yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka”. Jadi ketaatan para isteri kepada Tuhan dicerminkan oleh kesalehan mereka, ketundukan mereka pada suami mereka. Hal itulah yang diperkenan Tuhan sehingga Allah yang bertindak untuk mengubah suami dan mempertobatkan mereka. Bukan para isteri yang membuat suami berubah, akan tetapi Allah yang melihat kesalehan isteri mereka yang mengubahkan para suami, isteri tidak sanggup mengubah suami. Jadi untuk mengubah suami, jangan marah pada mereka atau jangan menasehati mereka, ibu-ibu seharusnya menasehati anak-anaknya saja, jangan suaminya. Suami itu urusan gembala dan Tuhan. Jadi sikap seorang isteri yang baik adalah tunduk yaitu taat dan hormat kepada suaminya. Tidak atau bukan hanya taat, tetapi juga dengan hormat. Tidak boleh taat sambil melecehkan, taat sambil mencibir atau menggerutu, taat tidak hormat bukan tunduk.

Isteri memang terlihat lemah karena fisik mereka, akan tetapi Tuhan menyediakan mereka sebagai penolong bagi suami mereka, oleh karena itu Tuhan sudah menetapkan bahwa isterilah yang akan menolong suaminya artinya isteri itu lebih kuat dari suaminya, sehingga mereka ditetapkan sebagai penolong. Alangkah naifnya seorang yang wajib menolong seseorang di dalam kehidupannya bercerita tentang kelemahan, kekurangan, kegagalan, kejelekan dan kelalaiannya. Apa lagi kalau sampai menghinakan dan merendahkan suaminya, yang sepatutnya harus dia tolong agar naik dan maju. Isteri adalah penolong yang harus tunduk. Tanpa Roh Kudus pastilah seorang isteri akan gagal berfungsi sebagai penolong dan sekaligus harus menghormati dan menaatinya. Hanya dengan pertolongan Kristus melalui Roh Kudus saja seorang isteri bisa tunduk pada suaminya.

Bersambung.. Hubungan dalam Keluarga (2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar